TUGAS SASTRA
ANAK
Analisis Sastra
Anak
Dosen Pengampu: Nas Haryati
Nama :
Sumiyati
NIM :
2101413106
Rombel :
04
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
2014
PRAKATA
Dengan
memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah tentang analisis sastra dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu Nas Haryati Dosen Pengampu
Mata Kuliah Sastra Anak.
2.
Orang tua dirumah yang telah memberikan
bantuan materil maupun do’anya, sehingga pembuatan makalah ini dapat
terselesaikan.
3.
Teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan doa.
4.
Semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah
kesempurnaan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Prakata
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Teori
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Analisis Cerita Anak dengan Menggunakan
Pendekatan Mimetik
2.2 Analisis Puisi Anak dengan Menggunakan
Pendekatan Objektif
2.3 Analisis Drama Anak dengan Menggunakan
Pendekatan Pragmatik
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banyak orang yang tidak peduli dengan
sastra untuk anak, maka dari itu kali ini penulis akan menganalisi beberapa
sastra anak untuk mengetahui dan lebih mengenal dunia anak.
Kegiatan menganalisis adalah suatu
proses penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan. Karya sastra yang dianalisis ada berbagai macam ada
novel, cerpen, puisi, drama, dan karya sastra lainnya. Pada pembahasan kali
ini, penulis akan menganalisis sastra anak yang meliputi cerita anak, puisi
anak, dan drama anak.
Cerita anak adalah sebuah cerita baik
cerpen, fabel, legenda, maupun fantasi yang ditulis untuk anak-anak, drama anak adalah cerita yang mempersoalkan bahagia atau derita sebagai
usaha menciptakan keterlibatan emosional pembaca, dan puisi anak adalah puisi yang ditulis oleh orang dewasa untuk
anak-anak atau puisi yang ditulis oleh anak-anak untuk konsumsi mereka sendiri.
Jenis puisi anak meliputi balada, puisi naratif, puisi lirik, puisi lagu dan
puisi tembang dolanan. Kali ini penulis akan menganalisis cerita anak dengan menggunakan
pendekatan mimetik untuk mengetahui dunia anak yang tergambar dalam cerita
anak, menganalisis puisi anak dengan menggunakan pendekatan objektif utuk
mengetahui ciri struktur puisi anak, dan menganalisis drama anak dengan
menggunakan pendekatan pragmatik untuk menilai kesesuaian drama anak dengan
usia tertentu.
1.2
Landasan Teori
Menurut Abrams pendekatan karya sastra
ada empat yaitu, pendekatan mimetik, pendekatan ekspresif, pendekatan objektif,
dan pendekatan pragmatik. Kali ini penulis akan menggunakan pendekatan mimetik
untuk menganalisis cerita anak, pendekatan objektif untuk menganalisis puisi
anak, dan pendekatan pragmatik untuk menganalisis drama anak. Sebelum
menganalisis kita perlu mengetahui apa itu pendekatan mimetik, pendekatan
objektif, dan pendekatan pragmatik.
a. Pendekatan
Mimetik
Pendekatan
ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan
nyata. Refleksi ini terwujud berkat tiruan dan gabungan imajinasi pengarang
terhadap realitas kehidupan atau realitas alam. Hal tersebut didasarkan
pandangan bahwa apa yang diungkapkan pengarang dalam karyanya pastilah
merupakan refleksi atau potret kehidupan atau alam yang dilihatnya. Potret
tersebut bisa berupa pandangan, ilmu pengetahuan, religius yang terkait
langsung dengan realitas. Pengarang, melalui karyanya hanyalah mengolah dari
apa yang dirasakan dan dilihatnya. Itulah sebabnya ide yang dituangkan dalam
karyanya tidak bisa disebut sebagai ide yang original. Semuanya hanyalah tiruan
(mimetik) dari unsur-unsur kehidupan nyata yang ada.
b. Pendektan
Prangmatik
Pendekatan
pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya
dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori
resepsi. Pendekatan pragmatis dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif.
Subjek pragmatis dan subjek ekspresif, sebagai pembaca dan pengarang berbagi
objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaannya, pengarang merupakan subjek
pencipta, tetapi secara terus-menerus fungsi-funsinya dihilangkan, bahkan pada
gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak
tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap
sebagai penulis.
Pada tahap
tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dengan sosiologi,
yaitu dalam pembicaraan masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki
manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan
penyebarluasan, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator
pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat
terhadap pembaca. Pendekatan pragmatis secara keseluruhan berfungsi untuk
menopang teori reseptif, teori sastra yang memungkan pemahaman hakikat karya
tanpa batas.
c. Pendekatan
Objektif
Pendekatan
objektik adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara
keseluruhan. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri
berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya,
aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima,
struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Yang jelas
penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya
sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya. Karena
patokan pendekatan objektif sudah jelas, maka sering sekali pendekkatan ini di
sebut dengan pendekatan struktural.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Cerita Anak dengan
Pendekatan Mimetik
Cerpen anak yang berjudul “ Anak Penjual Minyak Tanah “ ini merupkan cerpen
yang menceritakan tentang kekompakan si anak kembar dalam membantu ibunya yang
seorang penjual minyak tanah. Si kembar ini juga sering menabung uang jajan
yang telah diberikan ibunya. Si kembar yang benama Aandi dan Ferdi ini adalah
anak yang baik, suka menabung, penolong, dan sangat menyayangi ibunya.
karya sastra
pada hakikatnya adalah tanggapan seseorang pengarang terhadap situasi di sekelilingnya. Pandangan
semacam ini berangkat dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi
kehidupan nyata. Refleksi ini terwujud karena adanya peniruan dan dipadukan
dengan imajinasi pengarang terhadap realitas alam atau kehidupan manusia.
Lingkungan anak-anak juga mempengaruhi
anak, bahwa semua hal yang ada dalam imajinasinya adalah benar-benar ada.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil yang dapat memberikan pengaruh
yang besar kepada anak menjadi anak yang baik, sederhana dan penolong. Karena anak berada disana
sejak mereka baru membuka matanya. Kemudian anak berinteraksi dengan
orang-orang yang pertama kali dilihatnya. Interaksi di rumah akan
merangsangnya berfikir dan mendorongnya untuk kreatif. Setiap suport, dukungan
yang diberi dari lingkungan ini akan membangkitkan motivasi perkembangan
hidupnya. Dalam kaitanya cerita anak yang berjudul “ Anak Penjual Minyak Tanah “ ini ibu
Cici sebagai orang tua Andi dan Ferdi yang berperan penting terhadap Andi dan Ferdi yang saat ini
memiliki sikap baik, penolong, dan penyayang.
Lingkungan
sekolah merupakan tempat belajar, menuntut ilmu pengetahuan dalam kondisi
formal. Terikat pada aturan, norma yang masing-masing sekolah sudah tetapkan.
Lingkungan ini akan bisa lebih besar lagi memberikan anak peluang menjadi anak
yang rajin dan
memiliki sikap saling menolong seperti yng dilakukan Ferdi dalam menolong Anik. Lingkungan sekolah juga tempat bermain dan berintraksi dengan temannya juga berpengaruh terhadap Ferdi
dan Andi. Selain itu, lingkungan memang tempat yang memiliki pengaruh yang
paling besar dalam memberikan pendidikan kepada anak untuk menjadi anak yang
lebih baik.
Lingkungan
masyarakat atau lingkungan sosial juga bisa mempengaruhi interaksi anak dengan
orang lain. Contoh interaksi yang ada di dalam cerpen anak yang berjudul “ Anak
Penjual Minyak Tanah” adalah interaksi antara Ferdi dan Andi dengan pak Tatang
dan Anik. Berkat menolong Anik akhirnya Andi dan Ferdi mendapatkan minyak tanah
dari pak Tatang tanpa membayar sepeser
pun. Pak Tatang memberi merek minyak Tanah sebagai balas budi karena Ferdi
sudah menolong Anik yang jatuh dari sepeda.
Cerpen ini
memberikan pendidikan bahwa jika kita menolong orang lain maka kita akan
mendapatkan balasan. Mendidik juga bahwa kita harus menolong teman kita yang
sedah kesusahan atau mendapat musibah. Selain itu, di dalam cerpen ii juga
memberikan pendidikan bahwa kita harus menyisihkan uang jajan kita untuk
ditabung.
2.2 Analisis Puisi Anak dengan
Pendekatan Objektif
1.
Puisi “ Guru Tercinta”
a.
Tema
Puisi
yang berjudul “ Guru Tercinta “ ini memiliki tema tentang Pahlawan. puisi ini
menceritakan tentang pengorbanan seorang guru demi mendidik muridnya agar
menjadi orang yang berguna. Seorang guru selalu semangat dalam memberikan ilmu
yang bermanfaat untuk muridnya, guru juga selalu memberikan nasehat untuk
murid-muridnya. Seorang guru rela mengorbankan waktunya demi masa depan
bangsanya. Pada puisi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada guru yang
telah berjasa memberikan panutan baik untukya.
b. Nada dan Suasana
Nada
berhubungan dengan sikap penyair terhadap teks puisi yang ditulisnya. Kesan
menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atu mencerittakn sesuatu kepada
pembaca diolah menggunakan kata-kata dan ditambahkan emosi. Sedangkan suasan
menghubungkan puisi dengan pembaca.
Nada
dan suasana pada puisi “ Guru Tercinta” adalah senang, bangga, dan terharu.
c.
Amanat
Puisi
ini mengandung amanat bahwa kita harus selalu berterima kasih kepada guru kita
yang telah berjasa memberikan ilmu kepada kita dengan ikhlas dan penuh
kesabaran, sehingga kita menjadi orang yang berguna. Tanpa jasa beliau kita
tidak akan bisa sukses dan menjadi orang yang berguna untuk bangsa.
d.
Diksi
Diksi yang
digunakan pada puisi “ Guru Tercinta “adalah kata-kata
yang sederhana dan mudah
dimengerti sebagaimana anak-anak yang membacanya pun akan mengerti
makna dari puisi tersebut. Seperti pada kata-kata “Kau tebarkan ilmu yang bermanfaat ” itu merupakan penilaian anak tentang jasa gurunya.
e.
Pengimajian
Pengimajian yaitu,
kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Ada
beberapa pengimajian dalam puisi “Guru Tercinta” .
Sapa hangat penuh senyum semangat : penglihatan
Kau tebarkan ilmu yang bermanfaat : perasa
Demi anak didik kau berikan nasehat : perasa
jasa mulia goncangkan akhirat : perasa
Kau tebarkan ilmu yang bermanfaat : perasa
Demi anak didik kau berikan nasehat : perasa
jasa mulia goncangkan akhirat : perasa
Nyanyian mentari terangi alam :
penglihatan
Terangi mimpi bagai mentari : penglihatan
Masadepan bangsa telah kau perjuangkan : perasa
Korbankan waktu demi masa depan : perasa
Terangi mimpi bagai mentari : penglihatan
Masadepan bangsa telah kau perjuangkan : perasa
Korbankan waktu demi masa depan : perasa
Terimakasi aku ucapkan :
perasa
Guru tercinta panutan alam : perasa
Jasa besarmu tak terlupakan : perasa
Ku kirimkan puisi untukmu pahlawan : perasa
Guru tercinta panutan alam : perasa
Jasa besarmu tak terlupakan : perasa
Ku kirimkan puisi untukmu pahlawan : perasa
f.
Kata konkret
Puisi
dituliskan dengan kata-kata ang konkret untuk membangkitkan imajinasi pembaca,
kata-kata harus diperjelas.
Seperti
dalam puisi “Guru
Tercinta” untuk melukiskan rasa terima kasih dan rasa bangga seorang murid
kepada gurunya yang telh berjasa.
g.
Bahasa Figuratif atau Majas
Pada
puisi “ Guru
Tercinta” terdapat majas personifikasi
yaitu majas yang membandingkan benda tidak bernyawa seolah melakukan hal
seperti makhluk yang bernyawa, seperti pada kata Nyanyian
mentari terangi alam.
h.
Rima
Rima
dapat menjadikan puisi lebih indah dan menjadiikan makna lebih kuat. Rima
adalah pengulangan bunyi.
Asonansi
Asonansi yang paling menonjol pada puisi
“ Guru Tercinta “ adalah asonansi atau bunyi vokal a, e, dan i.
Aliterasi yang paling menonjol adalah
bunyi konsonan t, n, k dan m
i.
Tipografi
Tipografi merupakan
bentuk visual puisi dan merupakan pembeda penting antara puisi dengan prosa dan
drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraph namun berbentuk bait.
Tipografi
pada puisi Guru Tercinta yaitu: tidak dibuat per bait penulisannya langsung dari atas
sampai bawah, satu baris ada empat sampai lima kata.
2. Puisi “ Lingkungan” karya: Vivi
a. Tema
Puisi yang berjudul “
lingkungan” ini mengandung tema tentang alam. puisi ini menceritakan tentang
keadaan lingkungan, kadang terlihat kotor karena sampah dan polusi, kadang juga
terlihat indah oleh adanya tanaman bunga.
Bait pertama menjelaskan
mengenai manfaat lingkungan yaitu
sebagai tempat berpijak, tempat menghirup udara segar, dan tempat menanam
tanaman.
Lingkungan
Kau tempat kami berpijak
Tempat kami menghirup udara segar
Dan menanam segala tanaman
Kau tempat kami berpijak
Tempat kami menghirup udara segar
Dan menanam segala tanaman
Bait kedua menjelaskan
tentang keadaan lingkungan yang telah terkotori oleh sampah, kotoran, dan polusi.
Lingkungan
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus
Sampah yang punahkan bersihmu
Kotoran punahkan indahmu
Polusi hitamkan langitmu
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus
Sampah yang punahkan bersihmu
Kotoran punahkan indahmu
Polusi hitamkan langitmu
Bait ketiga menjelaskan
bahwa tanaman dan bunga dapat memberikan kesegaran dan wewangian untuk
menghilangkan bau tak sedap oleh sampah dan memberikan kesegaran bagi udara
yang telah menghitam karena polusi.
Akan tetapi...
Tanaman pancarkan kesegaran
Bunga pancarkan wangimu
Bagai kau tak tua
Bagai udaramu tak terhitamkan
Tanaman pancarkan kesegaran
Bunga pancarkan wangimu
Bagai kau tak tua
Bagai udaramu tak terhitamkan
b. nada dan suasana
Nada dan suasana
pada puisi “ Lingkungan”
adalah sedih, kecewa dan prihatin terhadap keadaan lingkungan.
c. Amanat
Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah
kita harus peduli terhadap lingkungan dan menaga kelestariannya. Agar
lingkungan kita tetap indah dan segar tan ada sampah dan polusi yang mengotorinya.
d. Diksi
Diksi yang digunakan dalam puisi ini sederhana
karena kata-katanya mudah dipahami.
e. Pengimajian
Lingkungan : penglihatan
Kau tempat kami berpijak : penglihatan
Tempat kami menghirup udara segar : penglihatan dan perasa
Dan menanam segala tanaman : penglihatan
Kau tempat kami berpijak : penglihatan
Tempat kami menghirup udara segar : penglihatan dan perasa
Dan menanam segala tanaman : penglihatan
Lingkungan :
penglihatan
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus : penglihatan
Sampah yang punahkan bersihmu : penglihatan
Kotoran punahkan indahmu : penglihatan
Polusi hitamkan langitmu : penglihatan
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus : penglihatan
Sampah yang punahkan bersihmu : penglihatan
Kotoran punahkan indahmu : penglihatan
Polusi hitamkan langitmu : penglihatan
Akan tetapi... : perasa
Tanaman pancarkan kesegaran : penglihatan dan perasa
Bunga pancarkan wangimu : penglihatan dan perasa
Bagai kau tak tua : penglihatan
Bagai udaramu tak terhitamkan : penglihatan
Tanaman pancarkan kesegaran : penglihatan dan perasa
Bunga pancarkan wangimu : penglihatan dan perasa
Bagai kau tak tua : penglihatan
Bagai udaramu tak terhitamkan : penglihatan
Inginku mengubah semua : perasa
Menjadi seperti itu : penglihatan
Hijau, tentram : penglihatan dan perasa
Udaramu terputih bagai tak bernoda : penglihatan
Menjadi seperti itu : penglihatan
Hijau, tentram : penglihatan dan perasa
Udaramu terputih bagai tak bernoda : penglihatan
Sampahmu hilang :
penglihatan
Kotoran tak mengganggu indahmu : penglihatan
Agar bumi terbebas dari ancaman : perasa
Dari ancaman kematian dibumi : perasa
karena adanya global warming : perasa
Kotoran tak mengganggu indahmu : penglihatan
Agar bumi terbebas dari ancaman : perasa
Dari ancaman kematian dibumi : perasa
karena adanya global warming : perasa
f.
Kata konkret
Kata konkret
dalam puisi “ Lingkungan “ ini untuk melukiskan tentang keadaan lingkungan.
g.
Bahasa Figuratif atau Majas
Pada puisi “Lingkungan” terdapat
majas personifikasi yaitu majas yang membandingkan benda tidak bernyawa seolah
melakukan hal seperti makhluk yang bernyawa, seperti pada kata Tanaman
pancarkan kesegaran
h.
Rima
Rima dapat menjadikan puisi lebih
indah dan menjadiikan makna lebih kuat. Rima adalah pengulangan bunyi.
Asonansi
Asonansi yang paling menonjol pada puisi “ Lingkungan“ adalah bunyi vokal
a, u, dan i.
Aliterasi yang paling menonjol adalah bunyi konsonan n, k dan m
Ada pengulangan kata lingkungan
i.
Tipografi
Tipografi pada puisi Lingkungan
yaitu: ada lima bait, tiap bait ada terdapat empat sampai lima baris, dan satu
baris ada tiga sampai empat kata.
3. Puisi “ Air Mata Sahabat” karya: Ratrya
Khansa Amira
a. Tema
Puisi yang berjudul “ Air
Mata Sahabat” ini mengandung tema tentang persahabatan. puisi ini menceritakan
tentang kesedihan penulis yang telah ditinggal pergi sahabatnya, sahabatnya
telah pergi untuk selama-lamanya meninggalkan dunia.
Bait pertama menjelaskan
mengenai kesedihan penulis.
Di tepi kesedihan menyebar
Isak tangis mewarnai keadaan
Ucapan bela sungkawa menghadiri
Perpisahan terakhir untukmu...
Isak tangis mewarnai keadaan
Ucapan bela sungkawa menghadiri
Perpisahan terakhir untukmu...
Bait kedua menjelaskan
bahwa si penulis meneteskan airmata karena berpisah dengan sahabatnya yang
telah meninggalkannya tanpa mengucapkan kata perpisahan.
Untukmu, kuteteskan air mata ini
Awal dari perpisahan kita
Kau meninggalkan kami
Tanpa mengucap sepatah katapun
Awal dari perpisahan kita
Kau meninggalkan kami
Tanpa mengucap sepatah katapun
Bait ketiga menjelaskan
bahwa sahabatnya sudah tak bisa apa-apa dan hanya berwajah pucat.
Kau diam seribu bahasa
Kami bertanya, tak ada sahutan
Hanya terlihat dirimu berwajah pucat
Darahmu mengalir sedikit demi sedikit
Kami bertanya, tak ada sahutan
Hanya terlihat dirimu berwajah pucat
Darahmu mengalir sedikit demi sedikit
Bait keempat menjelaskan bahwa sahabatnya sudah tak berdaya dan keceriaan
sudah tak tampak lagi di wajahnya.
Akhirnya kau kehabisan darah
Dirimu t`lah tak berdaya lagi
Tak ada keceriaan di wajahmu
Hati nuranimu t`lah meninggalkan dunia
Dirimu t`lah tak berdaya lagi
Tak ada keceriaan di wajahmu
Hati nuranimu t`lah meninggalkan dunia
Bait kelima
menjelaskan bahwa senyum, kecantikan, dan semangat dari wajah sahabatnya telah hilang
meninggalakan dunia.
Semangatmu yang membara t`lah tiada
Kecantikanmu yang memukau kini hilang
Senyummu kini t`lah lenyap
Seketika kau tak bergerak di dunia ini
Kecantikanmu yang memukau kini hilang
Senyummu kini t`lah lenyap
Seketika kau tak bergerak di dunia ini
Pada bait keenam ini sudah mulai dijelaskan bahwa
sahabatnya telah meninggalka dunia.
Oh, sahabat...
Mengapa kau meninggalkan dunia
Dunia masih mencintaimu
Tapi Tuhan t`lah memanggilmu
Mengapa kau meninggalkan dunia
Dunia masih mencintaimu
Tapi Tuhan t`lah memanggilmu
Bait ketujuh berisi harapan dan doa penulis agar sahabatnya bahagia di
tempat peristirhatan terakhirnya dan agar Tuhan memberikan tempat terindah
untuk sahabatnya.
Semoga kau bahagia disana..
Itulah tempat peristirahatan terakhirmu..
Tuhan, berikanlah dia tempat terindah
Agar kami dapat bernapas lega
Itulah tempat peristirahatan terakhirmu..
Tuhan, berikanlah dia tempat terindah
Agar kami dapat bernapas lega
Bait kedelapan menjelaskan
tentang kesedihan hati penulis yang telah ditinggal pergi sahabatnya untuk
selama-lamanya. Dan juga berisi ucapan selamat jalan penulis kepada sahabatnya
yang telah pergi.
Aku sedih bukan mainnya
Tanpamu,hidup tak berarti
Namun, kau s`lalu di hatiku
Selamat jalan,sahabat...untuk selamanya.
Tanpamu,hidup tak berarti
Namun, kau s`lalu di hatiku
Selamat jalan,sahabat...untuk selamanya.
b. nada dan suasana
Nada dan suasana
pada puisi “ Air Mata
Sahabat” adalah sedih, pilu dan rasa kehilangan yang sangat mendalam.
c. Amanat
Amanat yang dapat diambil dari
puisi ini adalah jika kita kehilangan orang yang kita cintai dan kita sayangi
kita harus mencoba untuk ikhlas dan selalu mendoakan yang terbaik untuknya.
d. Diksi
Diksi yang digunakan
dalam puisi ini adalah kata-kata
yang sederhana dan mudah
dimengerti sebagaimana anak-anak yang membacanya pun akan mengerti
makna dari puisi tersebut. Seperti pada kata-kata “Untukmu,
kuteteskan air mata ini” kata tersebut
sudah bisa dipahami oleh anak bahwa penulis meneteskan airmatanya untuk
sahabatnya yang telah pergi.
e. Pengimajian
Pengimajian yang menonjol
dari Puisi “ Air Mata Sahabat” ini adalah pengimajian atau citraan penglihatan
dan perasa.
f.
Kata konkret
Kata konkret dalam puisi “
Air Mata Sahabat“ ini untuk melukiskan betapa besar kesedihan hati penulis saat
ditinggal pergi sahabatnya untuk selama-lamanya.
g. Bahasa Figuratif atau Majas
Pada
puisi “Air Mata
Sahabat” terdapat majas personifikasi
yaitu majas yang membandingkan benda tidak bernyawa seolah melakukan hal
seperti makhluk yang bernyawa, seperti pada kata Di tepi kesedihan
menyebar
h.
Rima
Rima
dapat menjadikan puisi lebih indah dan menjadiikan makna lebih kuat. Rima
adalah pengulangan bunyi.
Asonansi
Asonansi yang paling menonjol pada puisi
“Air Mata Sahabat“ adalah bunyi vokal a, u, dan i.
Aliterasi yang paling menonjol adalah
bunyi konsonan k, t, m dan n.
i.
Tipografi
Tipografi
pada puisi Air Mata Sahabat yaitu: ada delapan bait, tiap bait terdapat empat baris, dan satu baris ada empat sampai lima kata.
2.3 Analisis Drama Anak dengan Pendekatan
Pragmatik
Pendekatan
pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk
menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut
dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama maupun tujuan yang lain.
Dalam naskah drama anak yang berjudul “ Nasehat Seorang Sahabat” terdapat
pendekatan pragmatik yaitu tujuan agama, moral, sosial dan pendidikan.
1.
Agama
Pendekatan agama pada drama tersebut adalah pada
saat Irma dan Sandi datang ke rumah Yoga. Pada saat akan masuk ke rumah Yoga,
Irma mengucapkan salam hal itu menandakan bahwa Irma beragama Islam.
Pendekatan
pragmatik tujuan agama terdapat pada dialog:
Irma dan Sandi lantas bergegas kerumahnya Yoga untuk mencari tahu apakah
temannya tersebut sakit atau kenapa.
Assalamu'alaikum... (suara Irma),, Wa'alikum Salam (Yoga menjawab salam
Irma). Yoga kemudian menyuruh Irma dan Sandi untuk masuk rumah.
2. Moral
Moral yang terkandung dalam naskah drama berjudul “
Nasehat Seorang Sahabat“ adalah terdapat pada tokoh Irma yang memiliki moral
yang baik karena dia sangat peduli dengan temannya.. Moral adalah baik buruk yg diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila. Irama
mengajak Sandi untuk menjenguk Yoga, ia ingin mengetahui keadaan Yoga karena
tidak masuk sekolah tanpa ada keterangan atau surat izin. Irma juga menasehati
teman Yoga yang bernama Ilham agar tidak lagi mengajak Yoga bermain hingga
sampai lupa waktu belajar. Yoga memiliki moral yang kurang baik karena agak
malas atau kurang giat dalam belajar, dia juga sering menggunakan waktu
belajarnya untuk bermain.
Pendekatan
pragmatik tujuan moral terdapat pada dialog:
Yoga:
Eh.. kalian.. ada apa? kok tumben kamu kerumahku?
Irma:
Oya Ga, kenapa kamu tadi tidak masuk sekolah? kamu juga nggak buat surat
izin, itu kan bolos namanya?!
Sandi:
Iya, Ga.. emang kamu kemana? aku pikir kamu lagi sakit, tapi ini aku lihat
kamu juga baik-baik aja.
Yoga:
Oh.. maaf, aku emang nggak sakit kok. Aku tu tadi bangunnya molor, masak
aku mau pergi sekolah orang bangunku aja sudah jam 9-an.
Irma:
Emang kamu abis darimana kok sampai molor?
Yoga:
Semalem aku abis main dari tumah temenku. Saking asyiknya sama mereka, aku
lupa kalau udah jam 4 pagi. Abis itu aku pulang, dan jam 5 aku langsung tidur.
Sandi:
Kamu main ampe jam segitu?! Gila kamu, Ga. Harusnya kamu tu kan mikir kalau
paginya kamu harus masuk sekolah. Gimana kamu nggak molor kalau tidurnya aja
jam 5.
Irma:
Yoga, kamu lain kali nggak boleh kayak anak kecil. Ingat, kamu harus fokus
sama pelajaran. Main sih boleh aja, tapi kamu kan harus tidur tepat waktu
supaya nggak bangun kesiangan.
Tidak lama kemudian, Ilham (teman Yoga) datang. Assalamu'alaikum (suara
Ilham tedengar didepan pintu).
Yoga:
Eh, kamu Ham,, ada apa?
Ilham:
Eh.. aku mau ngajak kamu main nih. Kamu nggak lagi ada acara kan?
Yoga:
Nggak ada, emang mau kemana sih?
Belum sempat Ilham menjawab, Irma pun lantas menyaut dan menasehati si
Ilham supaya tidak suka mengajak Yoga main samapai larut.
Irma:
Ilham, kamu temannya Yoga, kan?
Ilham:
Ya iyalah, emang kenapa?
Irma:
Nah, kalau kamu tuh temannya Yoga yang baik, kamu mestinya punya rasa peduli sama dia. Lain kali kalau main itu jangan sampai pagi. Kalau kalian mainnya sampai pagi, alhasil keesokan harinya nggak masuk sekolah karena bangunya telat.
Nah, kalau kamu tuh temannya Yoga yang baik, kamu mestinya punya rasa peduli sama dia. Lain kali kalau main itu jangan sampai pagi. Kalau kalian mainnya sampai pagi, alhasil keesokan harinya nggak masuk sekolah karena bangunya telat.
3. Sosial
Hubungn sosial yang ada di dalam drama tersebut
adalah hubungan pertemanan Yoga, Sandi dan Irma. Mereka saling menyayangi dan
saling peduli antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu dari mereka ada
masalah maka mereka akan saling membantu dan jika salah satu dari mereka
melakukan kesalahan maka mereka akan saling menasehati seperti yang dilakukan
oleh Irma dan Sandi kepada Yoga yang bolos sekolah. Irma dan Sandi datang
kerumah Yoga utuk mencari tahu penyebab Yoga tidak masuk sekolah tanpa surat
izin. Dan setelah tahu bahwa penyebab Yoga tidak masuk sekolah karena dia
kesiangan sebab lupa waktu ketika bermain, Irma mencoba untuk menasehati Yoga.
Itu menunjukkan bahwa hubungan sosial antara tiga anak tersebut sangat baik. Tindakan Irma itu memiliki
nilai sosial yang baik karena jika bantuanya dilakukan dengan ikhlas
maka nilai sosialnya juga akan baik. tanpa mengharap sesuatu.
Pendekatan
pragmatik tujuan sosial terdapat pada dialog:
Irma:
Kan tadi dia tidak masuk sekolah, dan dia juga nggak ada ngasih surat izin
sama bu guru. Jadi, aku mau tahu dia tuh kenapa kok nggak masuk sekolah.
Sandi:
Oh gitu.. ya sudah, ayukk.
Irma dan Sandi lantas bergegas kerumahnya Yoga untuk mencari tahu apakah
temannya tersebut sakit atau kenapa.
Assalamu'alaikum... (suara Irma),, Wa'alikum Salam (Yoga menjawab salam
Irma). Yoga kemudian menyuruh Irma dan Sandi untuk masuk rumah.
Yoga:
Eh.. kalian.. ada apa? kok tumben kamu kerumahku?
Irma:
Oya Ga, kenapa kamu tadi tidak masuk sekolah? kamu juga nggak buat surat
izin, itu kan bolos namanya?!
Sandi:
Iya, Ga.. emang kamu kemana? aku pikir kamu lagi sakit, tapi ini aku lihat
kamu juga baik-baik aja.
Yoga
Oh.. maaf, aku emang nggak sakit kok. Aku tu tadi bangunnya molor, masak
aku mau pergi sekolah orang bangunku aja sudah jam 9-an.
4.
Pendidikan
Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dinamakan pendidikan. Dalam drama “ Nasehat Seorang Sahabat “ Irma
menyadarkan Yoga bahwa belajar itu sangat penting, main boleh asalkan tidurnya
tepat waktu agar tidak kesiangan. Pendidikan yang dapat dipetik adalah agar lebih
giat lagi belajar dan tidk terlalu banyak bermain.
Pendekatan pragmatik tujuan pendidikan
terdapat pada dialog:
Irma:
Yoga, kamu lain kali nggak boleh kayak anak kecil. Ingat, kamu harus fokus
sama pelajaran. Main sih boleh aja, tapi kamu kan harus tidur tepat waktu
supaya nggak bangun kesiangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan pendekatan mimetik, cerpen
anak yang berjudul “Anak Penjual Minyak” tanah cocok dibaca oleh anak-anak, karena dalam cerita
penggambaran tokoh dan segala unsur-unsur intrinsiknya sesuai dengan kenyataan
yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Selain itu, cerpen ini juga bisa digunakan
sebagai media mendidik anak. Utuk ketiga puisi anak juga cocok dibaca untuk anak-anak sebagai pendidikan
agar anak mencintai lingkungan, mencintai dan dapat berterima kasih kepada
gurunya, dan juga menyayangi sahabatnya. Sedangkan naskah dramanya juga
cocok dibaca anak-anak karena memberikan pendidikan pada anak bahwa kita harus
ingat waktu saat bermain dan bisa membagi waktu antara belajar dan bermain.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam membuat memberikan bacaan anak baik itu cerpen nak, puisi
anak maupun drama anak harus lebih diperhatikan lagi apakah sesuai untuk anak-anak
atau tidak, agar tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan lagi saat anak-anak
membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=725 (diunduh tanggal 16 Desember 2014 pukul 11: 27)
·
http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=735 (diunduh tanggal 16 Desember 2014 pukul 11: 28)
·
http://contohskripdrama.blogspot.com/2014/06/contoh-drama-anak-sekolah.html (diunduh tanggal 16 Desember 2014 pukul 11:32)
·
http://indonesiaindonesia.com/f/33496-cerpen-anak-penjual-minyak-tanah/ (diunduh tanggal 28 Desember 2014 pukul 12: 04)
Lampiran
1. Cerita
Anak
Anak Penjual Minyak Tanah
Bu Cici menyiapkan
jerigen kecil dekat pintu dapur. Persediaan minyak tanah sudah kian menipis.
Biasanya si kembar Ferdi dan Andi yang membeli minyak ke warung Pak Tatang
sambil berboncengan naik sepeda.
Pukul 12 siang, suara keduanya terdengar dari jauh. Mereka bersenda-gurau meskipun matahari menyengat di luar sana. Keringat membuat wajah keduanya basah. Tapi tak membuat mereka lemas.
Ferdi menyandarkan sepeda di tembok rumah kemudian menyusul Andi masuk ke dalam rumah. Dilihatnya sang ibu mengisi piring dengan nasi. Ferdi ingin cepat-cepat makan, tapi sebelumnya dia harus mengganti seragam sekolahnya.
Si kembar duduk mengelilingi meja makan. Masing-masing di hadapan mereka tersedia sepiring nasi, lauknya tempe goreng dilapisi tepung, dan masih hangat. Sang ibu membelai kepala mereka sebelum Ferdi dan Andi menyantap hidangan sederhana itu.
Ferdi dan Andi memang kelaparan. Apapun lauk yang dimasak ibu mereka selalu terasa nikmat. Memang lauk-pauk yang tersedia hanya telur dan tempe berganti-gantian. Mereka tahu tidak mungkin bisa makan ayam atau ikan. Sesekali saja. Itu jika ibu mereka punya uang lebih dari upah bekerja sebagai buruh cuci.
Ferdi yang lebih tua beberapa menit dari Andi selalu menabung uang jajan dari ibu. Padahal banyak sekali penjual makanan yang mangkal dekat sekolah. Siomay, cireng, es, bakso, dan permen. Seribu rupiah dari ibu disimpannya di bawah koran pelapis sekat lemari pakaiannya. Dalam sebuah amplop buatan sendiri.
Andi sesekali membelanjakan uang jajannya hingga tabungannya tak sebanyak Ferdi. Dia menyimpan sisa uang jajannya di bawah kasur. Dalam bungkusan plastik. Jumlahnya belum pernah dihitung.
Selesai makan, keduanya membawa piring kosong ke dapur. Ferdi dan Andi membagi tugas. Hari ini Ferdi yang menyabuni piring dan adiknya membilas sabun lalu mengeringkan. Tanpa bicara keduanya tahu harus melakukan yang mana.
Semua piring sudah bersih. Mereka berdua masih punya tugas lain yang harus dilakukan. Ferdi mengambil jerigen kosong lalu menyusul adiknya yang menunggu di dekat pagar di atas sepeda. Andi akan membonceng Ferdi menuju rumah Pak Tatang untuk membeli minyak tanah.
Letak rumah Pak Tatang jaraknya jauh dari rumah mereka. Ditempuh hampir 20 menit bersepeda dengan jalan menanjak dan banyak lubang. Tapi Ferdi dan Andi tetap ke sana walaupun tak pernah diberi uang jajan untuk membeli es lilin atau sirup oleh ibu.
Meski terik terasa semakin menyengat kulit. Mereka sampai juga di warung Pak Tatang yang juga sebagai pangkalan minyak tanah. Keduanya melihat antrian panjang orang-orang membawa jerigen seperti mereka. Pak Tatang dan Bu Tatang sibuk melayani para pembeli. Ferdi berharap mereka tidak kehabisan minyak tanah.
Mereka bergantian mengantri di barisan. Andi lebih dulu mengantri. Dia meletakkan jerigen di tanah. Keringat di wajah disekanya dengan punggung tangan kemudian diusapkan ke baju kausnya yang usang dan sudah tak terlihat lagi tulisannya.
Ferdi menepuk pundak Andi. "Aku mau cari bengkel. Ban belakangnya agak gembos." Ujar Ferdi.
Andi mengangguk. Dia melihat Ferdi pergi menjauh dari warung Pak Tatang. Ban yang dimaksud Ferdi memang perlu ditambah angin. Sepeda terasa lebih berat dan membuat kaki lebih cepat pegal.
Ferdi tahu ada bengkel motor sekitar 50 meter dari warung Pak Tatang. Sayang, ketika tiba di sana bengkel itu tutup. Dia tetap mencari tempat lain meskipun jaraknya agak jauh.
Dalam perjalanan Ferdi melihat seorang anak perempuan duduk di jalan seraya memegangi lutut yang berdarah. Mungkin jatuh dari sepeda, pikir Ferdi. Di samping anak itu ada sepeda yang rebah ke jalan.
Ferdi segera menghampiri dan menolong anak itu. Dilihatnya darah sudah berhenti tapi pasti lututnya masih sakit. Menurut cerita Anik, nama anak itu, dia tidak melihat lubang di tengah jalan lalu terjatuh karena hilang keseimbangan.
"Aku mau ke bengkel depan sana," ujar Ferdi lalu menunjuk ban belakangnya yang gembos. Dia melanjutkan, "Titip sepedamu dulu di sana. Setelah itu aku antar kamu pulang biar lukamu dibersihkan."
Anik setuju dengan usul Ferdi. Dengan dibantu teman barunya, dia bangkit kemudian membersihkan roknya yang kotor. Dia berjalan pincang sembari menuntun sepeda sejajar dengan Ferdi. Mereka berjalan pelan-pelan saja.
Angin sepeda Ferdi sudah ditambah. Dia meminta Anik duduk di boncengan dan berpegangan padanya. Sebelum mengayuh pedal dia bertanya, "Rumahmu dimana, Nik?"
Anik menyebutkan alamat rumahnya dan spontan membuat Ferdi heran. "Berarti dekat rumah Pak Tatang? Aku juga mau ke sana menjemput adikku."
"Pak Tatang itu bapakku, Fer." ujar Anik.
Ferdi manggut-manggut. Dia pun mengayuh pedal namun tidak akan mengebut.
Sesampainya di warung Pak Tatang, Ferdi tidak melihat antrian panjang seperti tadi. Ada sebuah tulisan "MINYAK TANAH HABIS!" di atas drum minyak tanah. Jerigen di depan Andi masih kosong. Ferdi lemas. Sering sekali mereka kehabisan minyak tanah. Harganya naik dan susah didapat.
Anik turun dari sepeda lalu menuju ke warung menemui ayahnya yang sedang melayani pembeli.
Ferdi menghela nafas. Mereka lagi-lagi pulang dengan tangan kosong. Diajaknya Andi naik ke sepeda. Dia yang akan membonceng adiknya sampai ke rumah.
"Ferdi! Sini!" panggil Anik dari warung.
Ferdi memandang adiknya lalu turun dan meminta Andi memegang sepeda. Dengan penuh kebingungan dia berjalan ke warung.
"Bawa jeringennya ke sini. Bapak mau ngasih minyak buat kamu." Ujar Anik.
Ferdi tersenyum bahagia. Dia memanggil Andi dan menunjuk jerigen supaya dibawa serta. Ferdi senang bukan main karena mendapatkan minyak tanah dan juga tidak perlu membayar sepeser pun. Itu sebagai balas budi Pak Tatang padanya.
Pukul 12 siang, suara keduanya terdengar dari jauh. Mereka bersenda-gurau meskipun matahari menyengat di luar sana. Keringat membuat wajah keduanya basah. Tapi tak membuat mereka lemas.
Ferdi menyandarkan sepeda di tembok rumah kemudian menyusul Andi masuk ke dalam rumah. Dilihatnya sang ibu mengisi piring dengan nasi. Ferdi ingin cepat-cepat makan, tapi sebelumnya dia harus mengganti seragam sekolahnya.
Si kembar duduk mengelilingi meja makan. Masing-masing di hadapan mereka tersedia sepiring nasi, lauknya tempe goreng dilapisi tepung, dan masih hangat. Sang ibu membelai kepala mereka sebelum Ferdi dan Andi menyantap hidangan sederhana itu.
Ferdi dan Andi memang kelaparan. Apapun lauk yang dimasak ibu mereka selalu terasa nikmat. Memang lauk-pauk yang tersedia hanya telur dan tempe berganti-gantian. Mereka tahu tidak mungkin bisa makan ayam atau ikan. Sesekali saja. Itu jika ibu mereka punya uang lebih dari upah bekerja sebagai buruh cuci.
Ferdi yang lebih tua beberapa menit dari Andi selalu menabung uang jajan dari ibu. Padahal banyak sekali penjual makanan yang mangkal dekat sekolah. Siomay, cireng, es, bakso, dan permen. Seribu rupiah dari ibu disimpannya di bawah koran pelapis sekat lemari pakaiannya. Dalam sebuah amplop buatan sendiri.
Andi sesekali membelanjakan uang jajannya hingga tabungannya tak sebanyak Ferdi. Dia menyimpan sisa uang jajannya di bawah kasur. Dalam bungkusan plastik. Jumlahnya belum pernah dihitung.
Selesai makan, keduanya membawa piring kosong ke dapur. Ferdi dan Andi membagi tugas. Hari ini Ferdi yang menyabuni piring dan adiknya membilas sabun lalu mengeringkan. Tanpa bicara keduanya tahu harus melakukan yang mana.
Semua piring sudah bersih. Mereka berdua masih punya tugas lain yang harus dilakukan. Ferdi mengambil jerigen kosong lalu menyusul adiknya yang menunggu di dekat pagar di atas sepeda. Andi akan membonceng Ferdi menuju rumah Pak Tatang untuk membeli minyak tanah.
Letak rumah Pak Tatang jaraknya jauh dari rumah mereka. Ditempuh hampir 20 menit bersepeda dengan jalan menanjak dan banyak lubang. Tapi Ferdi dan Andi tetap ke sana walaupun tak pernah diberi uang jajan untuk membeli es lilin atau sirup oleh ibu.
Meski terik terasa semakin menyengat kulit. Mereka sampai juga di warung Pak Tatang yang juga sebagai pangkalan minyak tanah. Keduanya melihat antrian panjang orang-orang membawa jerigen seperti mereka. Pak Tatang dan Bu Tatang sibuk melayani para pembeli. Ferdi berharap mereka tidak kehabisan minyak tanah.
Mereka bergantian mengantri di barisan. Andi lebih dulu mengantri. Dia meletakkan jerigen di tanah. Keringat di wajah disekanya dengan punggung tangan kemudian diusapkan ke baju kausnya yang usang dan sudah tak terlihat lagi tulisannya.
Ferdi menepuk pundak Andi. "Aku mau cari bengkel. Ban belakangnya agak gembos." Ujar Ferdi.
Andi mengangguk. Dia melihat Ferdi pergi menjauh dari warung Pak Tatang. Ban yang dimaksud Ferdi memang perlu ditambah angin. Sepeda terasa lebih berat dan membuat kaki lebih cepat pegal.
Ferdi tahu ada bengkel motor sekitar 50 meter dari warung Pak Tatang. Sayang, ketika tiba di sana bengkel itu tutup. Dia tetap mencari tempat lain meskipun jaraknya agak jauh.
Dalam perjalanan Ferdi melihat seorang anak perempuan duduk di jalan seraya memegangi lutut yang berdarah. Mungkin jatuh dari sepeda, pikir Ferdi. Di samping anak itu ada sepeda yang rebah ke jalan.
Ferdi segera menghampiri dan menolong anak itu. Dilihatnya darah sudah berhenti tapi pasti lututnya masih sakit. Menurut cerita Anik, nama anak itu, dia tidak melihat lubang di tengah jalan lalu terjatuh karena hilang keseimbangan.
"Aku mau ke bengkel depan sana," ujar Ferdi lalu menunjuk ban belakangnya yang gembos. Dia melanjutkan, "Titip sepedamu dulu di sana. Setelah itu aku antar kamu pulang biar lukamu dibersihkan."
Anik setuju dengan usul Ferdi. Dengan dibantu teman barunya, dia bangkit kemudian membersihkan roknya yang kotor. Dia berjalan pincang sembari menuntun sepeda sejajar dengan Ferdi. Mereka berjalan pelan-pelan saja.
Angin sepeda Ferdi sudah ditambah. Dia meminta Anik duduk di boncengan dan berpegangan padanya. Sebelum mengayuh pedal dia bertanya, "Rumahmu dimana, Nik?"
Anik menyebutkan alamat rumahnya dan spontan membuat Ferdi heran. "Berarti dekat rumah Pak Tatang? Aku juga mau ke sana menjemput adikku."
"Pak Tatang itu bapakku, Fer." ujar Anik.
Ferdi manggut-manggut. Dia pun mengayuh pedal namun tidak akan mengebut.
Sesampainya di warung Pak Tatang, Ferdi tidak melihat antrian panjang seperti tadi. Ada sebuah tulisan "MINYAK TANAH HABIS!" di atas drum minyak tanah. Jerigen di depan Andi masih kosong. Ferdi lemas. Sering sekali mereka kehabisan minyak tanah. Harganya naik dan susah didapat.
Anik turun dari sepeda lalu menuju ke warung menemui ayahnya yang sedang melayani pembeli.
Ferdi menghela nafas. Mereka lagi-lagi pulang dengan tangan kosong. Diajaknya Andi naik ke sepeda. Dia yang akan membonceng adiknya sampai ke rumah.
"Ferdi! Sini!" panggil Anik dari warung.
Ferdi memandang adiknya lalu turun dan meminta Andi memegang sepeda. Dengan penuh kebingungan dia berjalan ke warung.
"Bawa jeringennya ke sini. Bapak mau ngasih minyak buat kamu." Ujar Anik.
Ferdi tersenyum bahagia. Dia memanggil Andi dan menunjuk jerigen supaya dibawa serta. Ferdi senang bukan main karena mendapatkan minyak tanah dan juga tidak perlu membayar sepeser pun. Itu sebagai balas budi Pak Tatang padanya.
2. Puisi Anak
Guru Tercinta
Sapa hangat penuh
senyum semangat
Kau tebarkan ilmu yang bermanfaat
Demi anak didik kau berikan nasehat
jasa mulia goncangkan akhirat
Kau tebarkan ilmu yang bermanfaat
Demi anak didik kau berikan nasehat
jasa mulia goncangkan akhirat
Nyanyian mentari
terangi alam
Terangi mimpi bagai mentari
Masadepan bangsa telah kau perjuangkan
Korbankan waktu demi masa depan
Terangi mimpi bagai mentari
Masadepan bangsa telah kau perjuangkan
Korbankan waktu demi masa depan
Terimakasi aku ucapkan
Guru tercinta panutan alam
Jasa besarmu tak terlupakan
Ku kirimkan puisi untukmu pahlawan
Guru tercinta panutan alam
Jasa besarmu tak terlupakan
Ku kirimkan puisi untukmu pahlawan
Lingkungan
Pengarang:
Vivi
Lingkungan
Kau tempat kami berpijak
Tempat kami menghirup udara segar
Dan menanam segala tanaman
Kau tempat kami berpijak
Tempat kami menghirup udara segar
Dan menanam segala tanaman
Lingkungan
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus
Sampah yang punahkan bersihmu
Kotoran punahkan indahmu
Polusi hitamkan langitmu
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus
Sampah yang punahkan bersihmu
Kotoran punahkan indahmu
Polusi hitamkan langitmu
Akan
tetapi...
Tanaman pancarkan kesegaran
Bunga pancarkan wangimu
Bagai kau tak tua
Bagai udaramu tak terhitamkan
Tanaman pancarkan kesegaran
Bunga pancarkan wangimu
Bagai kau tak tua
Bagai udaramu tak terhitamkan
Inginku
mengubah semua
Menjadi seperti itu
Hijau, tentram
Udaramu terputih bagai tak bernoda
Menjadi seperti itu
Hijau, tentram
Udaramu terputih bagai tak bernoda
Sampahmu
hilang
Kotoran tak mengganggu indahmu
Agar bumi terbebas dari ancaman
Dari ancaman kematian dibumi
karena adanya global warming
Kotoran tak mengganggu indahmu
Agar bumi terbebas dari ancaman
Dari ancaman kematian dibumi
karena adanya global warming
Air
Mata Sahabat
Pengarang: Ratrya Khansa Amira
Di tepi kesedihan menyebar
Isak tangis mewarnai keadaan
Ucapan bela sungkawa menghadiri
Perpisahan terakhir untukmu...
Isak tangis mewarnai keadaan
Ucapan bela sungkawa menghadiri
Perpisahan terakhir untukmu...
Untukmu, kuteteskan air mata ini
Awal dari perpisahan kita
Kau meninggalkan kami
Tanpa mengucap sepatah katapun
Awal dari perpisahan kita
Kau meninggalkan kami
Tanpa mengucap sepatah katapun
Kau diam seribu bahasa
Kami bertanya, tak ada sahutan
Hanya terlihat dirimu berwajah pucat
Darahmu mengalir sedikit demi sedikit
Kami bertanya, tak ada sahutan
Hanya terlihat dirimu berwajah pucat
Darahmu mengalir sedikit demi sedikit
Akhirnya kau kehabisan darah
Dirimu t`lah tak berdaya lagi
Tak ada keceriaan di wajahmu
Hati nuranimu t`lah meninggalkan dunia
Dirimu t`lah tak berdaya lagi
Tak ada keceriaan di wajahmu
Hati nuranimu t`lah meninggalkan dunia
Semangatmu yang membara t`lah tiada
Kecantikanmu yang memukau kini hilang
Senyummu kini t`lah lenyap
Seketika kau tak bergerak di dunia ini
Kecantikanmu yang memukau kini hilang
Senyummu kini t`lah lenyap
Seketika kau tak bergerak di dunia ini
Oh, sahabat...
Mengapa kau meninggalkan dunia
Dunia masih mencintaimu
Tapi Tuhan t`lah memanggilmu
Semoga kau bahagia disana..
Itulah tempat peristirahatan terakhirmu..
Tuhan, berikanlah dia tempat terindah
Agar kami dapat bernapas lega
Mengapa kau meninggalkan dunia
Dunia masih mencintaimu
Tapi Tuhan t`lah memanggilmu
Semoga kau bahagia disana..
Itulah tempat peristirahatan terakhirmu..
Tuhan, berikanlah dia tempat terindah
Agar kami dapat bernapas lega
Aku sedih bukan mainnya
Tanpamu,hidup tak berarti
Namun, kau s`lalu di hatiku
Selamat jalan,sahabat...untuk selamanya.
Tanpamu,hidup tak berarti
Namun, kau s`lalu di hatiku
Selamat jalan,sahabat...untuk selamanya.
3.
Drama Anak
Nasehat
Seorang Sahabat
Penokohan:
Irma : baik dan suka menasehati
Sandi : baik dan peduli dengan teman
Yoga : kurang giat dalam belajar
Nirmala
: baik (ibu Yoga)
Ilham :
suka bermain berlebihan
Siang itu sepulangnya Irma dari sekolah dia kemudian mengajak Sandi untuk
berkunjung kerumah Yoga. Yoga tidak masuk sekolah, namun tidak ada surat izin
sakit.
Dialog
Drama
Irma:
Sandi, kita main kerumah Yoga yuuk!
Sandi:
Emang kamu mau ngapai kerumahnya si Yoga?
Irma:
Kan tadi dia tidak masuk sekolah, dan dia juga nggak ada ngasih surat izin
sama bu guru. Jadi, aku mau tahu dia tuh kenapa kok nggak masuk sekolah.
Sandi:
Oh gitu.. ya sudah, ayukk.
Irma dan Sandi lantas bergegas kerumahnya Yoga untuk mencari tahu apakah
temannya tersebut sakit atau kenapa.
Assalamu'alaikum... (suara Irma),, Wa'alikum Salam (Yoga menjawab salam
Irma). Yoga kemudian menyuruh Irma dan Sandi untuk masuk rumah.
Yoga:
Eh.. kalian.. ada apa? kok tumben kamu kerumahku?
Irma:
Oya Ga, kenapa kamu tadi tidak masuk sekolah? kamu juga nggak buat surat
izin, itu kan bolos namanya?!
Sandi:
Iya, Ga.. emang kamu kemana? aku pikir kamu lagi sakit, tapi ini aku lihat
kamu juga baik-baik aja.
Yoga:
Oh.. maaf, aku emang nggak sakit kok. Aku tu tadi bangunnya molor, masak
aku mau pergi sekolah orang bangunku aja sudah jam 9-an.
Irma:
Emang kamu abis darimana kok sampai molor?
Yoga:
Semalem aku abis main dari tumah temenku. Saking asyiknya sama mereka, aku
lupa kalau udah jam 4 pagi. Abis itu aku pulang, dan jam 5 aku langsung tidur.
Sandi:
Kamu main ampe jam segitu?! Gila kamu, Ga. Harusnya kamu tu kan mikir kalau
paginya kamu harus masuk sekolah. Gimana kamu nggak molor kalau tidurnya aja
jam 5.
Irma:
Yoga, kamu lain kali nggak boleh kayak anak kecil. Ingat, kamu harus fokus
sama pelajaran. Main sih boleh aja, tapi kamu kan harus tidur tepat waktu
supaya nggak bangun kesiangan.
Tidak lama kemudian, Ilham (teman Yoga) datang. Assalamu'alaikum (suara
Ilham tedengar didepan pintu).
Yoga:
Eh, kamu Ham,, ada apa?
Ilham:
Eh.. aku mau ngajak kamu main nih. Kamu nggak lagi ada acara kan?
Yoga:
Nggak ada, emang mau kemana sih?
Belum sempat Ilham menjawab, Irma pun lantas menyaut dan menasehati si
Ilham supaya tidak suka mengajak Yoga main samapai larut.
Irma:
Ilham, kamu temannya Yoga, kan?
Ilham:
Ya iyalah, emang kenapa?
Irma:
Nah, kalau kamu tuh temannya Yoga yang baik, kamu mestinya punya rasa peduli sama dia. Lain kali kalau main itu jangan sampai pagi. Kalau kalian mainnya sampai pagi, alhasil keesokan harinya nggak masuk sekolah karena bangunya telat.
Nah, kalau kamu tuh temannya Yoga yang baik, kamu mestinya punya rasa peduli sama dia. Lain kali kalau main itu jangan sampai pagi. Kalau kalian mainnya sampai pagi, alhasil keesokan harinya nggak masuk sekolah karena bangunya telat.
Ilham:
Bener juga sih kata kamu, tapi masalahnya kalau lagi main gitu kita nggak
ingat waktu lagi, udah kebawa suasana.
Sandi:
Kebawa suasana sih boleh, tapi kan harus ada batasannya. Ingat, belajar itu penting untuk masa depan kamu kelak.
Kebawa suasana sih boleh, tapi kan harus ada batasannya. Ingat, belajar itu penting untuk masa depan kamu kelak.
Ilham hanya bisa berdiam diri dan kemudian menganggukkan kepalanya.
"Benar juga apa yang mereka bilang ini, gimana aku mau lulus dengan nilai
bagus kalau belajar aja nggak konsisten" (bisik Ilham dalam hati).
Ilham:
Ok deh, makasih atas saran kalian. Setelah ini aku akan mencoba lebih care
lagi dengan waktu belajarku.
Setelah hampir 15 menit ngobrol, kemudian mamanya Yoga datang (Nirmala).
Nirmala merasa senang, karena teman-teman anaknya pada datang kerumah Yoga yang
biasanya sepi.
Nirmala:
Eh.. kok pada ngumpul semua disini? tumben anak-anak.. tante senang deh
kalau lihat rumah tante rame kayak gini.
Yoga:
Oh.. ini ma, Irma sama Sandi risau soalnya aku tadi nggak masuk kelas.
TUGAS SASTRA
ANAK
Analisis Sastra
Anak
Dosen Pengampu: Nas Haryati
Nama :
Sumiyati
NIM :
2101413106
Rombel :
04
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
2014
PRAKATA
Dengan
memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah tentang analisis sastra dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu Nas Haryati Dosen Pengampu
Mata Kuliah Sastra Anak.
2.
Orang tua dirumah yang telah memberikan
bantuan materil maupun do’anya, sehingga pembuatan makalah ini dapat
terselesaikan.
3.
Teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan doa.
4.
Semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah
kesempurnaan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Prakata
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Teori
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Analisis Cerita Anak dengan Menggunakan
Pendekatan Mimetik
2.2 Analisis Puisi Anak dengan Menggunakan
Pendekatan Objektif
2.3 Analisis Drama Anak dengan Menggunakan
Pendekatan Pragmatik
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banyak orang yang tidak peduli dengan
sastra untuk anak, maka dari itu kali ini penulis akan menganalisi beberapa
sastra anak untuk mengetahui dan lebih mengenal dunia anak.
Kegiatan menganalisis adalah suatu
proses penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan. Karya sastra yang dianalisis ada berbagai macam ada
novel, cerpen, puisi, drama, dan karya sastra lainnya. Pada pembahasan kali
ini, penulis akan menganalisis sastra anak yang meliputi cerita anak, puisi
anak, dan drama anak.
Cerita anak adalah sebuah cerita baik
cerpen, fabel, legenda, maupun fantasi yang ditulis untuk anak-anak, drama anak adalah cerita yang mempersoalkan bahagia atau derita sebagai
usaha menciptakan keterlibatan emosional pembaca, dan puisi anak adalah puisi yang ditulis oleh orang dewasa untuk
anak-anak atau puisi yang ditulis oleh anak-anak untuk konsumsi mereka sendiri.
Jenis puisi anak meliputi balada, puisi naratif, puisi lirik, puisi lagu dan
puisi tembang dolanan. Kali ini penulis akan menganalisis cerita anak dengan menggunakan
pendekatan mimetik untuk mengetahui dunia anak yang tergambar dalam cerita
anak, menganalisis puisi anak dengan menggunakan pendekatan objektif utuk
mengetahui ciri struktur puisi anak, dan menganalisis drama anak dengan
menggunakan pendekatan pragmatik untuk menilai kesesuaian drama anak dengan
usia tertentu.
1.2
Landasan Teori
Menurut Abrams pendekatan karya sastra
ada empat yaitu, pendekatan mimetik, pendekatan ekspresif, pendekatan objektif,
dan pendekatan pragmatik. Kali ini penulis akan menggunakan pendekatan mimetik
untuk menganalisis cerita anak, pendekatan objektif untuk menganalisis puisi
anak, dan pendekatan pragmatik untuk menganalisis drama anak. Sebelum
menganalisis kita perlu mengetahui apa itu pendekatan mimetik, pendekatan
objektif, dan pendekatan pragmatik.
a. Pendekatan
Mimetik
Pendekatan
ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan
nyata. Refleksi ini terwujud berkat tiruan dan gabungan imajinasi pengarang
terhadap realitas kehidupan atau realitas alam. Hal tersebut didasarkan
pandangan bahwa apa yang diungkapkan pengarang dalam karyanya pastilah
merupakan refleksi atau potret kehidupan atau alam yang dilihatnya. Potret
tersebut bisa berupa pandangan, ilmu pengetahuan, religius yang terkait
langsung dengan realitas. Pengarang, melalui karyanya hanyalah mengolah dari
apa yang dirasakan dan dilihatnya. Itulah sebabnya ide yang dituangkan dalam
karyanya tidak bisa disebut sebagai ide yang original. Semuanya hanyalah tiruan
(mimetik) dari unsur-unsur kehidupan nyata yang ada.
b. Pendektan
Prangmatik
Pendekatan
pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya
dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori
resepsi. Pendekatan pragmatis dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif.
Subjek pragmatis dan subjek ekspresif, sebagai pembaca dan pengarang berbagi
objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaannya, pengarang merupakan subjek
pencipta, tetapi secara terus-menerus fungsi-funsinya dihilangkan, bahkan pada
gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak
tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap
sebagai penulis.
Pada tahap
tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dengan sosiologi,
yaitu dalam pembicaraan masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki
manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan
penyebarluasan, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator
pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat
terhadap pembaca. Pendekatan pragmatis secara keseluruhan berfungsi untuk
menopang teori reseptif, teori sastra yang memungkan pemahaman hakikat karya
tanpa batas.
c. Pendekatan
Objektif
Pendekatan
objektik adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara
keseluruhan. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri
berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya,
aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima,
struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Yang jelas
penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya
sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya. Karena
patokan pendekatan objektif sudah jelas, maka sering sekali pendekkatan ini di
sebut dengan pendekatan struktural.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Cerita Anak dengan
Pendekatan Mimetik
Cerpen anak yang berjudul “ Anak Penjual Minyak Tanah “ ini merupkan cerpen
yang menceritakan tentang kekompakan si anak kembar dalam membantu ibunya yang
seorang penjual minyak tanah. Si kembar ini juga sering menabung uang jajan
yang telah diberikan ibunya. Si kembar yang benama Aandi dan Ferdi ini adalah
anak yang baik, suka menabung, penolong, dan sangat menyayangi ibunya.
karya sastra
pada hakikatnya adalah tanggapan seseorang pengarang terhadap situasi di sekelilingnya. Pandangan
semacam ini berangkat dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi
kehidupan nyata. Refleksi ini terwujud karena adanya peniruan dan dipadukan
dengan imajinasi pengarang terhadap realitas alam atau kehidupan manusia.
Lingkungan anak-anak juga mempengaruhi
anak, bahwa semua hal yang ada dalam imajinasinya adalah benar-benar ada.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil yang dapat memberikan pengaruh
yang besar kepada anak menjadi anak yang baik, sederhana dan penolong. Karena anak berada disana
sejak mereka baru membuka matanya. Kemudian anak berinteraksi dengan
orang-orang yang pertama kali dilihatnya. Interaksi di rumah akan
merangsangnya berfikir dan mendorongnya untuk kreatif. Setiap suport, dukungan
yang diberi dari lingkungan ini akan membangkitkan motivasi perkembangan
hidupnya. Dalam kaitanya cerita anak yang berjudul “ Anak Penjual Minyak Tanah “ ini ibu
Cici sebagai orang tua Andi dan Ferdi yang berperan penting terhadap Andi dan Ferdi yang saat ini
memiliki sikap baik, penolong, dan penyayang.
Lingkungan
sekolah merupakan tempat belajar, menuntut ilmu pengetahuan dalam kondisi
formal. Terikat pada aturan, norma yang masing-masing sekolah sudah tetapkan.
Lingkungan ini akan bisa lebih besar lagi memberikan anak peluang menjadi anak
yang rajin dan
memiliki sikap saling menolong seperti yng dilakukan Ferdi dalam menolong Anik. Lingkungan sekolah juga tempat bermain dan berintraksi dengan temannya juga berpengaruh terhadap Ferdi
dan Andi. Selain itu, lingkungan memang tempat yang memiliki pengaruh yang
paling besar dalam memberikan pendidikan kepada anak untuk menjadi anak yang
lebih baik.
Lingkungan
masyarakat atau lingkungan sosial juga bisa mempengaruhi interaksi anak dengan
orang lain. Contoh interaksi yang ada di dalam cerpen anak yang berjudul “ Anak
Penjual Minyak Tanah” adalah interaksi antara Ferdi dan Andi dengan pak Tatang
dan Anik. Berkat menolong Anik akhirnya Andi dan Ferdi mendapatkan minyak tanah
dari pak Tatang tanpa membayar sepeser
pun. Pak Tatang memberi merek minyak Tanah sebagai balas budi karena Ferdi
sudah menolong Anik yang jatuh dari sepeda.
Cerpen ini
memberikan pendidikan bahwa jika kita menolong orang lain maka kita akan
mendapatkan balasan. Mendidik juga bahwa kita harus menolong teman kita yang
sedah kesusahan atau mendapat musibah. Selain itu, di dalam cerpen ii juga
memberikan pendidikan bahwa kita harus menyisihkan uang jajan kita untuk
ditabung.
2.2 Analisis Puisi Anak dengan
Pendekatan Objektif
1.
Puisi “ Guru Tercinta”
a.
Tema
Puisi
yang berjudul “ Guru Tercinta “ ini memiliki tema tentang Pahlawan. puisi ini
menceritakan tentang pengorbanan seorang guru demi mendidik muridnya agar
menjadi orang yang berguna. Seorang guru selalu semangat dalam memberikan ilmu
yang bermanfaat untuk muridnya, guru juga selalu memberikan nasehat untuk
murid-muridnya. Seorang guru rela mengorbankan waktunya demi masa depan
bangsanya. Pada puisi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada guru yang
telah berjasa memberikan panutan baik untukya.
b. Nada dan Suasana
Nada
berhubungan dengan sikap penyair terhadap teks puisi yang ditulisnya. Kesan
menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atu mencerittakn sesuatu kepada
pembaca diolah menggunakan kata-kata dan ditambahkan emosi. Sedangkan suasan
menghubungkan puisi dengan pembaca.
Nada
dan suasana pada puisi “ Guru Tercinta” adalah senang, bangga, dan terharu.
c.
Amanat
Puisi
ini mengandung amanat bahwa kita harus selalu berterima kasih kepada guru kita
yang telah berjasa memberikan ilmu kepada kita dengan ikhlas dan penuh
kesabaran, sehingga kita menjadi orang yang berguna. Tanpa jasa beliau kita
tidak akan bisa sukses dan menjadi orang yang berguna untuk bangsa.
d.
Diksi
Diksi yang
digunakan pada puisi “ Guru Tercinta “adalah kata-kata
yang sederhana dan mudah
dimengerti sebagaimana anak-anak yang membacanya pun akan mengerti
makna dari puisi tersebut. Seperti pada kata-kata “Kau tebarkan ilmu yang bermanfaat ” itu merupakan penilaian anak tentang jasa gurunya.
e.
Pengimajian
Pengimajian yaitu,
kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Ada
beberapa pengimajian dalam puisi “Guru Tercinta” .
Sapa hangat penuh senyum semangat : penglihatan
Kau tebarkan ilmu yang bermanfaat : perasa
Demi anak didik kau berikan nasehat : perasa
jasa mulia goncangkan akhirat : perasa
Kau tebarkan ilmu yang bermanfaat : perasa
Demi anak didik kau berikan nasehat : perasa
jasa mulia goncangkan akhirat : perasa
Nyanyian mentari terangi alam :
penglihatan
Terangi mimpi bagai mentari : penglihatan
Masadepan bangsa telah kau perjuangkan : perasa
Korbankan waktu demi masa depan : perasa
Terangi mimpi bagai mentari : penglihatan
Masadepan bangsa telah kau perjuangkan : perasa
Korbankan waktu demi masa depan : perasa
Terimakasi aku ucapkan :
perasa
Guru tercinta panutan alam : perasa
Jasa besarmu tak terlupakan : perasa
Ku kirimkan puisi untukmu pahlawan : perasa
Guru tercinta panutan alam : perasa
Jasa besarmu tak terlupakan : perasa
Ku kirimkan puisi untukmu pahlawan : perasa
f.
Kata konkret
Puisi
dituliskan dengan kata-kata ang konkret untuk membangkitkan imajinasi pembaca,
kata-kata harus diperjelas.
Seperti
dalam puisi “Guru
Tercinta” untuk melukiskan rasa terima kasih dan rasa bangga seorang murid
kepada gurunya yang telh berjasa.
g.
Bahasa Figuratif atau Majas
Pada
puisi “ Guru
Tercinta” terdapat majas personifikasi
yaitu majas yang membandingkan benda tidak bernyawa seolah melakukan hal
seperti makhluk yang bernyawa, seperti pada kata Nyanyian
mentari terangi alam.
h.
Rima
Rima
dapat menjadikan puisi lebih indah dan menjadiikan makna lebih kuat. Rima
adalah pengulangan bunyi.
Asonansi
Asonansi yang paling menonjol pada puisi
“ Guru Tercinta “ adalah asonansi atau bunyi vokal a, e, dan i.
Aliterasi yang paling menonjol adalah
bunyi konsonan t, n, k dan m
i.
Tipografi
Tipografi merupakan
bentuk visual puisi dan merupakan pembeda penting antara puisi dengan prosa dan
drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraph namun berbentuk bait.
Tipografi
pada puisi Guru Tercinta yaitu: tidak dibuat per bait penulisannya langsung dari atas
sampai bawah, satu baris ada empat sampai lima kata.
2. Puisi “ Lingkungan” karya: Vivi
a. Tema
Puisi yang berjudul “
lingkungan” ini mengandung tema tentang alam. puisi ini menceritakan tentang
keadaan lingkungan, kadang terlihat kotor karena sampah dan polusi, kadang juga
terlihat indah oleh adanya tanaman bunga.
Bait pertama menjelaskan
mengenai manfaat lingkungan yaitu
sebagai tempat berpijak, tempat menghirup udara segar, dan tempat menanam
tanaman.
Lingkungan
Kau tempat kami berpijak
Tempat kami menghirup udara segar
Dan menanam segala tanaman
Kau tempat kami berpijak
Tempat kami menghirup udara segar
Dan menanam segala tanaman
Bait kedua menjelaskan
tentang keadaan lingkungan yang telah terkotori oleh sampah, kotoran, dan polusi.
Lingkungan
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus
Sampah yang punahkan bersihmu
Kotoran punahkan indahmu
Polusi hitamkan langitmu
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus
Sampah yang punahkan bersihmu
Kotoran punahkan indahmu
Polusi hitamkan langitmu
Bait ketiga menjelaskan
bahwa tanaman dan bunga dapat memberikan kesegaran dan wewangian untuk
menghilangkan bau tak sedap oleh sampah dan memberikan kesegaran bagi udara
yang telah menghitam karena polusi.
Akan tetapi...
Tanaman pancarkan kesegaran
Bunga pancarkan wangimu
Bagai kau tak tua
Bagai udaramu tak terhitamkan
Tanaman pancarkan kesegaran
Bunga pancarkan wangimu
Bagai kau tak tua
Bagai udaramu tak terhitamkan
b. nada dan suasana
Nada dan suasana
pada puisi “ Lingkungan”
adalah sedih, kecewa dan prihatin terhadap keadaan lingkungan.
c. Amanat
Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah
kita harus peduli terhadap lingkungan dan menaga kelestariannya. Agar
lingkungan kita tetap indah dan segar tan ada sampah dan polusi yang mengotorinya.
d. Diksi
Diksi yang digunakan dalam puisi ini sederhana
karena kata-katanya mudah dipahami.
e. Pengimajian
Lingkungan : penglihatan
Kau tempat kami berpijak : penglihatan
Tempat kami menghirup udara segar : penglihatan dan perasa
Dan menanam segala tanaman : penglihatan
Kau tempat kami berpijak : penglihatan
Tempat kami menghirup udara segar : penglihatan dan perasa
Dan menanam segala tanaman : penglihatan
Lingkungan :
penglihatan
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus : penglihatan
Sampah yang punahkan bersihmu : penglihatan
Kotoran punahkan indahmu : penglihatan
Polusi hitamkan langitmu : penglihatan
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus : penglihatan
Sampah yang punahkan bersihmu : penglihatan
Kotoran punahkan indahmu : penglihatan
Polusi hitamkan langitmu : penglihatan
Akan tetapi... : perasa
Tanaman pancarkan kesegaran : penglihatan dan perasa
Bunga pancarkan wangimu : penglihatan dan perasa
Bagai kau tak tua : penglihatan
Bagai udaramu tak terhitamkan : penglihatan
Tanaman pancarkan kesegaran : penglihatan dan perasa
Bunga pancarkan wangimu : penglihatan dan perasa
Bagai kau tak tua : penglihatan
Bagai udaramu tak terhitamkan : penglihatan
Inginku mengubah semua : perasa
Menjadi seperti itu : penglihatan
Hijau, tentram : penglihatan dan perasa
Udaramu terputih bagai tak bernoda : penglihatan
Menjadi seperti itu : penglihatan
Hijau, tentram : penglihatan dan perasa
Udaramu terputih bagai tak bernoda : penglihatan
Sampahmu hilang :
penglihatan
Kotoran tak mengganggu indahmu : penglihatan
Agar bumi terbebas dari ancaman : perasa
Dari ancaman kematian dibumi : perasa
karena adanya global warming : perasa
Kotoran tak mengganggu indahmu : penglihatan
Agar bumi terbebas dari ancaman : perasa
Dari ancaman kematian dibumi : perasa
karena adanya global warming : perasa
f.
Kata konkret
Kata konkret
dalam puisi “ Lingkungan “ ini untuk melukiskan tentang keadaan lingkungan.
g.
Bahasa Figuratif atau Majas
Pada puisi “Lingkungan” terdapat
majas personifikasi yaitu majas yang membandingkan benda tidak bernyawa seolah
melakukan hal seperti makhluk yang bernyawa, seperti pada kata Tanaman
pancarkan kesegaran
h.
Rima
Rima dapat menjadikan puisi lebih
indah dan menjadiikan makna lebih kuat. Rima adalah pengulangan bunyi.
Asonansi
Asonansi yang paling menonjol pada puisi “ Lingkungan“ adalah bunyi vokal
a, u, dan i.
Aliterasi yang paling menonjol adalah bunyi konsonan n, k dan m
Ada pengulangan kata lingkungan
i.
Tipografi
Tipografi pada puisi Lingkungan
yaitu: ada lima bait, tiap bait ada terdapat empat sampai lima baris, dan satu
baris ada tiga sampai empat kata.
3. Puisi “ Air Mata Sahabat” karya: Ratrya
Khansa Amira
a. Tema
Puisi yang berjudul “ Air
Mata Sahabat” ini mengandung tema tentang persahabatan. puisi ini menceritakan
tentang kesedihan penulis yang telah ditinggal pergi sahabatnya, sahabatnya
telah pergi untuk selama-lamanya meninggalkan dunia.
Bait pertama menjelaskan
mengenai kesedihan penulis.
Di tepi kesedihan menyebar
Isak tangis mewarnai keadaan
Ucapan bela sungkawa menghadiri
Perpisahan terakhir untukmu...
Isak tangis mewarnai keadaan
Ucapan bela sungkawa menghadiri
Perpisahan terakhir untukmu...
Bait kedua menjelaskan
bahwa si penulis meneteskan airmata karena berpisah dengan sahabatnya yang
telah meninggalkannya tanpa mengucapkan kata perpisahan.
Untukmu, kuteteskan air mata ini
Awal dari perpisahan kita
Kau meninggalkan kami
Tanpa mengucap sepatah katapun
Awal dari perpisahan kita
Kau meninggalkan kami
Tanpa mengucap sepatah katapun
Bait ketiga menjelaskan
bahwa sahabatnya sudah tak bisa apa-apa dan hanya berwajah pucat.
Kau diam seribu bahasa
Kami bertanya, tak ada sahutan
Hanya terlihat dirimu berwajah pucat
Darahmu mengalir sedikit demi sedikit
Kami bertanya, tak ada sahutan
Hanya terlihat dirimu berwajah pucat
Darahmu mengalir sedikit demi sedikit
Bait keempat menjelaskan bahwa sahabatnya sudah tak berdaya dan keceriaan
sudah tak tampak lagi di wajahnya.
Akhirnya kau kehabisan darah
Dirimu t`lah tak berdaya lagi
Tak ada keceriaan di wajahmu
Hati nuranimu t`lah meninggalkan dunia
Dirimu t`lah tak berdaya lagi
Tak ada keceriaan di wajahmu
Hati nuranimu t`lah meninggalkan dunia
Bait kelima
menjelaskan bahwa senyum, kecantikan, dan semangat dari wajah sahabatnya telah hilang
meninggalakan dunia.
Semangatmu yang membara t`lah tiada
Kecantikanmu yang memukau kini hilang
Senyummu kini t`lah lenyap
Seketika kau tak bergerak di dunia ini
Kecantikanmu yang memukau kini hilang
Senyummu kini t`lah lenyap
Seketika kau tak bergerak di dunia ini
Pada bait keenam ini sudah mulai dijelaskan bahwa
sahabatnya telah meninggalka dunia.
Oh, sahabat...
Mengapa kau meninggalkan dunia
Dunia masih mencintaimu
Tapi Tuhan t`lah memanggilmu
Mengapa kau meninggalkan dunia
Dunia masih mencintaimu
Tapi Tuhan t`lah memanggilmu
Bait ketujuh berisi harapan dan doa penulis agar sahabatnya bahagia di
tempat peristirhatan terakhirnya dan agar Tuhan memberikan tempat terindah
untuk sahabatnya.
Semoga kau bahagia disana..
Itulah tempat peristirahatan terakhirmu..
Tuhan, berikanlah dia tempat terindah
Agar kami dapat bernapas lega
Itulah tempat peristirahatan terakhirmu..
Tuhan, berikanlah dia tempat terindah
Agar kami dapat bernapas lega
Bait kedelapan menjelaskan
tentang kesedihan hati penulis yang telah ditinggal pergi sahabatnya untuk
selama-lamanya. Dan juga berisi ucapan selamat jalan penulis kepada sahabatnya
yang telah pergi.
Aku sedih bukan mainnya
Tanpamu,hidup tak berarti
Namun, kau s`lalu di hatiku
Selamat jalan,sahabat...untuk selamanya.
Tanpamu,hidup tak berarti
Namun, kau s`lalu di hatiku
Selamat jalan,sahabat...untuk selamanya.
b. nada dan suasana
Nada dan suasana
pada puisi “ Air Mata
Sahabat” adalah sedih, pilu dan rasa kehilangan yang sangat mendalam.
c. Amanat
Amanat yang dapat diambil dari
puisi ini adalah jika kita kehilangan orang yang kita cintai dan kita sayangi
kita harus mencoba untuk ikhlas dan selalu mendoakan yang terbaik untuknya.
d. Diksi
Diksi yang digunakan
dalam puisi ini adalah kata-kata
yang sederhana dan mudah
dimengerti sebagaimana anak-anak yang membacanya pun akan mengerti
makna dari puisi tersebut. Seperti pada kata-kata “Untukmu,
kuteteskan air mata ini” kata tersebut
sudah bisa dipahami oleh anak bahwa penulis meneteskan airmatanya untuk
sahabatnya yang telah pergi.
e. Pengimajian
Pengimajian yang menonjol
dari Puisi “ Air Mata Sahabat” ini adalah pengimajian atau citraan penglihatan
dan perasa.
f.
Kata konkret
Kata konkret dalam puisi “
Air Mata Sahabat“ ini untuk melukiskan betapa besar kesedihan hati penulis saat
ditinggal pergi sahabatnya untuk selama-lamanya.
g. Bahasa Figuratif atau Majas
Pada
puisi “Air Mata
Sahabat” terdapat majas personifikasi
yaitu majas yang membandingkan benda tidak bernyawa seolah melakukan hal
seperti makhluk yang bernyawa, seperti pada kata Di tepi kesedihan
menyebar
h.
Rima
Rima
dapat menjadikan puisi lebih indah dan menjadiikan makna lebih kuat. Rima
adalah pengulangan bunyi.
Asonansi
Asonansi yang paling menonjol pada puisi
“Air Mata Sahabat“ adalah bunyi vokal a, u, dan i.
Aliterasi yang paling menonjol adalah
bunyi konsonan k, t, m dan n.
i.
Tipografi
Tipografi
pada puisi Air Mata Sahabat yaitu: ada delapan bait, tiap bait terdapat empat baris, dan satu baris ada empat sampai lima kata.
2.3 Analisis Drama Anak dengan Pendekatan
Pragmatik
Pendekatan
pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk
menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut
dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama maupun tujuan yang lain.
Dalam naskah drama anak yang berjudul “ Nasehat Seorang Sahabat” terdapat
pendekatan pragmatik yaitu tujuan agama, moral, sosial dan pendidikan.
1.
Agama
Pendekatan agama pada drama tersebut adalah pada
saat Irma dan Sandi datang ke rumah Yoga. Pada saat akan masuk ke rumah Yoga,
Irma mengucapkan salam hal itu menandakan bahwa Irma beragama Islam.
Pendekatan
pragmatik tujuan agama terdapat pada dialog:
Irma dan Sandi lantas bergegas kerumahnya Yoga untuk mencari tahu apakah
temannya tersebut sakit atau kenapa.
Assalamu'alaikum... (suara Irma),, Wa'alikum Salam (Yoga menjawab salam
Irma). Yoga kemudian menyuruh Irma dan Sandi untuk masuk rumah.
2. Moral
Moral yang terkandung dalam naskah drama berjudul “
Nasehat Seorang Sahabat“ adalah terdapat pada tokoh Irma yang memiliki moral
yang baik karena dia sangat peduli dengan temannya.. Moral adalah baik buruk yg diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila. Irama
mengajak Sandi untuk menjenguk Yoga, ia ingin mengetahui keadaan Yoga karena
tidak masuk sekolah tanpa ada keterangan atau surat izin. Irma juga menasehati
teman Yoga yang bernama Ilham agar tidak lagi mengajak Yoga bermain hingga
sampai lupa waktu belajar. Yoga memiliki moral yang kurang baik karena agak
malas atau kurang giat dalam belajar, dia juga sering menggunakan waktu
belajarnya untuk bermain.
Pendekatan
pragmatik tujuan moral terdapat pada dialog:
Yoga:
Eh.. kalian.. ada apa? kok tumben kamu kerumahku?
Irma:
Oya Ga, kenapa kamu tadi tidak masuk sekolah? kamu juga nggak buat surat
izin, itu kan bolos namanya?!
Sandi:
Iya, Ga.. emang kamu kemana? aku pikir kamu lagi sakit, tapi ini aku lihat
kamu juga baik-baik aja.
Yoga:
Oh.. maaf, aku emang nggak sakit kok. Aku tu tadi bangunnya molor, masak
aku mau pergi sekolah orang bangunku aja sudah jam 9-an.
Irma:
Emang kamu abis darimana kok sampai molor?
Yoga:
Semalem aku abis main dari tumah temenku. Saking asyiknya sama mereka, aku
lupa kalau udah jam 4 pagi. Abis itu aku pulang, dan jam 5 aku langsung tidur.
Sandi:
Kamu main ampe jam segitu?! Gila kamu, Ga. Harusnya kamu tu kan mikir kalau
paginya kamu harus masuk sekolah. Gimana kamu nggak molor kalau tidurnya aja
jam 5.
Irma:
Yoga, kamu lain kali nggak boleh kayak anak kecil. Ingat, kamu harus fokus
sama pelajaran. Main sih boleh aja, tapi kamu kan harus tidur tepat waktu
supaya nggak bangun kesiangan.
Tidak lama kemudian, Ilham (teman Yoga) datang. Assalamu'alaikum (suara
Ilham tedengar didepan pintu).
Yoga:
Eh, kamu Ham,, ada apa?
Ilham:
Eh.. aku mau ngajak kamu main nih. Kamu nggak lagi ada acara kan?
Yoga:
Nggak ada, emang mau kemana sih?
Belum sempat Ilham menjawab, Irma pun lantas menyaut dan menasehati si
Ilham supaya tidak suka mengajak Yoga main samapai larut.
Irma:
Ilham, kamu temannya Yoga, kan?
Ilham:
Ya iyalah, emang kenapa?
Irma:
Nah, kalau kamu tuh temannya Yoga yang baik, kamu mestinya punya rasa peduli sama dia. Lain kali kalau main itu jangan sampai pagi. Kalau kalian mainnya sampai pagi, alhasil keesokan harinya nggak masuk sekolah karena bangunya telat.
Nah, kalau kamu tuh temannya Yoga yang baik, kamu mestinya punya rasa peduli sama dia. Lain kali kalau main itu jangan sampai pagi. Kalau kalian mainnya sampai pagi, alhasil keesokan harinya nggak masuk sekolah karena bangunya telat.
3. Sosial
Hubungn sosial yang ada di dalam drama tersebut
adalah hubungan pertemanan Yoga, Sandi dan Irma. Mereka saling menyayangi dan
saling peduli antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu dari mereka ada
masalah maka mereka akan saling membantu dan jika salah satu dari mereka
melakukan kesalahan maka mereka akan saling menasehati seperti yang dilakukan
oleh Irma dan Sandi kepada Yoga yang bolos sekolah. Irma dan Sandi datang
kerumah Yoga utuk mencari tahu penyebab Yoga tidak masuk sekolah tanpa surat
izin. Dan setelah tahu bahwa penyebab Yoga tidak masuk sekolah karena dia
kesiangan sebab lupa waktu ketika bermain, Irma mencoba untuk menasehati Yoga.
Itu menunjukkan bahwa hubungan sosial antara tiga anak tersebut sangat baik. Tindakan Irma itu memiliki
nilai sosial yang baik karena jika bantuanya dilakukan dengan ikhlas
maka nilai sosialnya juga akan baik. tanpa mengharap sesuatu.
Pendekatan
pragmatik tujuan sosial terdapat pada dialog:
Irma:
Kan tadi dia tidak masuk sekolah, dan dia juga nggak ada ngasih surat izin
sama bu guru. Jadi, aku mau tahu dia tuh kenapa kok nggak masuk sekolah.
Sandi:
Oh gitu.. ya sudah, ayukk.
Irma dan Sandi lantas bergegas kerumahnya Yoga untuk mencari tahu apakah
temannya tersebut sakit atau kenapa.
Assalamu'alaikum... (suara Irma),, Wa'alikum Salam (Yoga menjawab salam
Irma). Yoga kemudian menyuruh Irma dan Sandi untuk masuk rumah.
Yoga:
Eh.. kalian.. ada apa? kok tumben kamu kerumahku?
Irma:
Oya Ga, kenapa kamu tadi tidak masuk sekolah? kamu juga nggak buat surat
izin, itu kan bolos namanya?!
Sandi:
Iya, Ga.. emang kamu kemana? aku pikir kamu lagi sakit, tapi ini aku lihat
kamu juga baik-baik aja.
Yoga
Oh.. maaf, aku emang nggak sakit kok. Aku tu tadi bangunnya molor, masak
aku mau pergi sekolah orang bangunku aja sudah jam 9-an.
4.
Pendidikan
Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dinamakan pendidikan. Dalam drama “ Nasehat Seorang Sahabat “ Irma
menyadarkan Yoga bahwa belajar itu sangat penting, main boleh asalkan tidurnya
tepat waktu agar tidak kesiangan. Pendidikan yang dapat dipetik adalah agar lebih
giat lagi belajar dan tidk terlalu banyak bermain.
Pendekatan pragmatik tujuan pendidikan
terdapat pada dialog:
Irma:
Yoga, kamu lain kali nggak boleh kayak anak kecil. Ingat, kamu harus fokus
sama pelajaran. Main sih boleh aja, tapi kamu kan harus tidur tepat waktu
supaya nggak bangun kesiangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan pendekatan mimetik, cerpen
anak yang berjudul “Anak Penjual Minyak” tanah cocok dibaca oleh anak-anak, karena dalam cerita
penggambaran tokoh dan segala unsur-unsur intrinsiknya sesuai dengan kenyataan
yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Selain itu, cerpen ini juga bisa digunakan
sebagai media mendidik anak. Utuk ketiga puisi anak juga cocok dibaca untuk anak-anak sebagai pendidikan
agar anak mencintai lingkungan, mencintai dan dapat berterima kasih kepada
gurunya, dan juga menyayangi sahabatnya. Sedangkan naskah dramanya juga
cocok dibaca anak-anak karena memberikan pendidikan pada anak bahwa kita harus
ingat waktu saat bermain dan bisa membagi waktu antara belajar dan bermain.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam membuat memberikan bacaan anak baik itu cerpen nak, puisi
anak maupun drama anak harus lebih diperhatikan lagi apakah sesuai untuk anak-anak
atau tidak, agar tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan lagi saat anak-anak
membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=725 (diunduh tanggal 16 Desember 2014 pukul 11: 27)
·
http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=735 (diunduh tanggal 16 Desember 2014 pukul 11: 28)
·
http://contohskripdrama.blogspot.com/2014/06/contoh-drama-anak-sekolah.html (diunduh tanggal 16 Desember 2014 pukul 11:32)
·
http://indonesiaindonesia.com/f/33496-cerpen-anak-penjual-minyak-tanah/ (diunduh tanggal 28 Desember 2014 pukul 12: 04)
Lampiran
1. Cerita
Anak
Anak Penjual Minyak Tanah
Bu Cici menyiapkan
jerigen kecil dekat pintu dapur. Persediaan minyak tanah sudah kian menipis.
Biasanya si kembar Ferdi dan Andi yang membeli minyak ke warung Pak Tatang
sambil berboncengan naik sepeda.
Pukul 12 siang, suara keduanya terdengar dari jauh. Mereka bersenda-gurau meskipun matahari menyengat di luar sana. Keringat membuat wajah keduanya basah. Tapi tak membuat mereka lemas.
Ferdi menyandarkan sepeda di tembok rumah kemudian menyusul Andi masuk ke dalam rumah. Dilihatnya sang ibu mengisi piring dengan nasi. Ferdi ingin cepat-cepat makan, tapi sebelumnya dia harus mengganti seragam sekolahnya.
Si kembar duduk mengelilingi meja makan. Masing-masing di hadapan mereka tersedia sepiring nasi, lauknya tempe goreng dilapisi tepung, dan masih hangat. Sang ibu membelai kepala mereka sebelum Ferdi dan Andi menyantap hidangan sederhana itu.
Ferdi dan Andi memang kelaparan. Apapun lauk yang dimasak ibu mereka selalu terasa nikmat. Memang lauk-pauk yang tersedia hanya telur dan tempe berganti-gantian. Mereka tahu tidak mungkin bisa makan ayam atau ikan. Sesekali saja. Itu jika ibu mereka punya uang lebih dari upah bekerja sebagai buruh cuci.
Ferdi yang lebih tua beberapa menit dari Andi selalu menabung uang jajan dari ibu. Padahal banyak sekali penjual makanan yang mangkal dekat sekolah. Siomay, cireng, es, bakso, dan permen. Seribu rupiah dari ibu disimpannya di bawah koran pelapis sekat lemari pakaiannya. Dalam sebuah amplop buatan sendiri.
Andi sesekali membelanjakan uang jajannya hingga tabungannya tak sebanyak Ferdi. Dia menyimpan sisa uang jajannya di bawah kasur. Dalam bungkusan plastik. Jumlahnya belum pernah dihitung.
Selesai makan, keduanya membawa piring kosong ke dapur. Ferdi dan Andi membagi tugas. Hari ini Ferdi yang menyabuni piring dan adiknya membilas sabun lalu mengeringkan. Tanpa bicara keduanya tahu harus melakukan yang mana.
Semua piring sudah bersih. Mereka berdua masih punya tugas lain yang harus dilakukan. Ferdi mengambil jerigen kosong lalu menyusul adiknya yang menunggu di dekat pagar di atas sepeda. Andi akan membonceng Ferdi menuju rumah Pak Tatang untuk membeli minyak tanah.
Letak rumah Pak Tatang jaraknya jauh dari rumah mereka. Ditempuh hampir 20 menit bersepeda dengan jalan menanjak dan banyak lubang. Tapi Ferdi dan Andi tetap ke sana walaupun tak pernah diberi uang jajan untuk membeli es lilin atau sirup oleh ibu.
Meski terik terasa semakin menyengat kulit. Mereka sampai juga di warung Pak Tatang yang juga sebagai pangkalan minyak tanah. Keduanya melihat antrian panjang orang-orang membawa jerigen seperti mereka. Pak Tatang dan Bu Tatang sibuk melayani para pembeli. Ferdi berharap mereka tidak kehabisan minyak tanah.
Mereka bergantian mengantri di barisan. Andi lebih dulu mengantri. Dia meletakkan jerigen di tanah. Keringat di wajah disekanya dengan punggung tangan kemudian diusapkan ke baju kausnya yang usang dan sudah tak terlihat lagi tulisannya.
Ferdi menepuk pundak Andi. "Aku mau cari bengkel. Ban belakangnya agak gembos." Ujar Ferdi.
Andi mengangguk. Dia melihat Ferdi pergi menjauh dari warung Pak Tatang. Ban yang dimaksud Ferdi memang perlu ditambah angin. Sepeda terasa lebih berat dan membuat kaki lebih cepat pegal.
Ferdi tahu ada bengkel motor sekitar 50 meter dari warung Pak Tatang. Sayang, ketika tiba di sana bengkel itu tutup. Dia tetap mencari tempat lain meskipun jaraknya agak jauh.
Dalam perjalanan Ferdi melihat seorang anak perempuan duduk di jalan seraya memegangi lutut yang berdarah. Mungkin jatuh dari sepeda, pikir Ferdi. Di samping anak itu ada sepeda yang rebah ke jalan.
Ferdi segera menghampiri dan menolong anak itu. Dilihatnya darah sudah berhenti tapi pasti lututnya masih sakit. Menurut cerita Anik, nama anak itu, dia tidak melihat lubang di tengah jalan lalu terjatuh karena hilang keseimbangan.
"Aku mau ke bengkel depan sana," ujar Ferdi lalu menunjuk ban belakangnya yang gembos. Dia melanjutkan, "Titip sepedamu dulu di sana. Setelah itu aku antar kamu pulang biar lukamu dibersihkan."
Anik setuju dengan usul Ferdi. Dengan dibantu teman barunya, dia bangkit kemudian membersihkan roknya yang kotor. Dia berjalan pincang sembari menuntun sepeda sejajar dengan Ferdi. Mereka berjalan pelan-pelan saja.
Angin sepeda Ferdi sudah ditambah. Dia meminta Anik duduk di boncengan dan berpegangan padanya. Sebelum mengayuh pedal dia bertanya, "Rumahmu dimana, Nik?"
Anik menyebutkan alamat rumahnya dan spontan membuat Ferdi heran. "Berarti dekat rumah Pak Tatang? Aku juga mau ke sana menjemput adikku."
"Pak Tatang itu bapakku, Fer." ujar Anik.
Ferdi manggut-manggut. Dia pun mengayuh pedal namun tidak akan mengebut.
Sesampainya di warung Pak Tatang, Ferdi tidak melihat antrian panjang seperti tadi. Ada sebuah tulisan "MINYAK TANAH HABIS!" di atas drum minyak tanah. Jerigen di depan Andi masih kosong. Ferdi lemas. Sering sekali mereka kehabisan minyak tanah. Harganya naik dan susah didapat.
Anik turun dari sepeda lalu menuju ke warung menemui ayahnya yang sedang melayani pembeli.
Ferdi menghela nafas. Mereka lagi-lagi pulang dengan tangan kosong. Diajaknya Andi naik ke sepeda. Dia yang akan membonceng adiknya sampai ke rumah.
"Ferdi! Sini!" panggil Anik dari warung.
Ferdi memandang adiknya lalu turun dan meminta Andi memegang sepeda. Dengan penuh kebingungan dia berjalan ke warung.
"Bawa jeringennya ke sini. Bapak mau ngasih minyak buat kamu." Ujar Anik.
Ferdi tersenyum bahagia. Dia memanggil Andi dan menunjuk jerigen supaya dibawa serta. Ferdi senang bukan main karena mendapatkan minyak tanah dan juga tidak perlu membayar sepeser pun. Itu sebagai balas budi Pak Tatang padanya.
Pukul 12 siang, suara keduanya terdengar dari jauh. Mereka bersenda-gurau meskipun matahari menyengat di luar sana. Keringat membuat wajah keduanya basah. Tapi tak membuat mereka lemas.
Ferdi menyandarkan sepeda di tembok rumah kemudian menyusul Andi masuk ke dalam rumah. Dilihatnya sang ibu mengisi piring dengan nasi. Ferdi ingin cepat-cepat makan, tapi sebelumnya dia harus mengganti seragam sekolahnya.
Si kembar duduk mengelilingi meja makan. Masing-masing di hadapan mereka tersedia sepiring nasi, lauknya tempe goreng dilapisi tepung, dan masih hangat. Sang ibu membelai kepala mereka sebelum Ferdi dan Andi menyantap hidangan sederhana itu.
Ferdi dan Andi memang kelaparan. Apapun lauk yang dimasak ibu mereka selalu terasa nikmat. Memang lauk-pauk yang tersedia hanya telur dan tempe berganti-gantian. Mereka tahu tidak mungkin bisa makan ayam atau ikan. Sesekali saja. Itu jika ibu mereka punya uang lebih dari upah bekerja sebagai buruh cuci.
Ferdi yang lebih tua beberapa menit dari Andi selalu menabung uang jajan dari ibu. Padahal banyak sekali penjual makanan yang mangkal dekat sekolah. Siomay, cireng, es, bakso, dan permen. Seribu rupiah dari ibu disimpannya di bawah koran pelapis sekat lemari pakaiannya. Dalam sebuah amplop buatan sendiri.
Andi sesekali membelanjakan uang jajannya hingga tabungannya tak sebanyak Ferdi. Dia menyimpan sisa uang jajannya di bawah kasur. Dalam bungkusan plastik. Jumlahnya belum pernah dihitung.
Selesai makan, keduanya membawa piring kosong ke dapur. Ferdi dan Andi membagi tugas. Hari ini Ferdi yang menyabuni piring dan adiknya membilas sabun lalu mengeringkan. Tanpa bicara keduanya tahu harus melakukan yang mana.
Semua piring sudah bersih. Mereka berdua masih punya tugas lain yang harus dilakukan. Ferdi mengambil jerigen kosong lalu menyusul adiknya yang menunggu di dekat pagar di atas sepeda. Andi akan membonceng Ferdi menuju rumah Pak Tatang untuk membeli minyak tanah.
Letak rumah Pak Tatang jaraknya jauh dari rumah mereka. Ditempuh hampir 20 menit bersepeda dengan jalan menanjak dan banyak lubang. Tapi Ferdi dan Andi tetap ke sana walaupun tak pernah diberi uang jajan untuk membeli es lilin atau sirup oleh ibu.
Meski terik terasa semakin menyengat kulit. Mereka sampai juga di warung Pak Tatang yang juga sebagai pangkalan minyak tanah. Keduanya melihat antrian panjang orang-orang membawa jerigen seperti mereka. Pak Tatang dan Bu Tatang sibuk melayani para pembeli. Ferdi berharap mereka tidak kehabisan minyak tanah.
Mereka bergantian mengantri di barisan. Andi lebih dulu mengantri. Dia meletakkan jerigen di tanah. Keringat di wajah disekanya dengan punggung tangan kemudian diusapkan ke baju kausnya yang usang dan sudah tak terlihat lagi tulisannya.
Ferdi menepuk pundak Andi. "Aku mau cari bengkel. Ban belakangnya agak gembos." Ujar Ferdi.
Andi mengangguk. Dia melihat Ferdi pergi menjauh dari warung Pak Tatang. Ban yang dimaksud Ferdi memang perlu ditambah angin. Sepeda terasa lebih berat dan membuat kaki lebih cepat pegal.
Ferdi tahu ada bengkel motor sekitar 50 meter dari warung Pak Tatang. Sayang, ketika tiba di sana bengkel itu tutup. Dia tetap mencari tempat lain meskipun jaraknya agak jauh.
Dalam perjalanan Ferdi melihat seorang anak perempuan duduk di jalan seraya memegangi lutut yang berdarah. Mungkin jatuh dari sepeda, pikir Ferdi. Di samping anak itu ada sepeda yang rebah ke jalan.
Ferdi segera menghampiri dan menolong anak itu. Dilihatnya darah sudah berhenti tapi pasti lututnya masih sakit. Menurut cerita Anik, nama anak itu, dia tidak melihat lubang di tengah jalan lalu terjatuh karena hilang keseimbangan.
"Aku mau ke bengkel depan sana," ujar Ferdi lalu menunjuk ban belakangnya yang gembos. Dia melanjutkan, "Titip sepedamu dulu di sana. Setelah itu aku antar kamu pulang biar lukamu dibersihkan."
Anik setuju dengan usul Ferdi. Dengan dibantu teman barunya, dia bangkit kemudian membersihkan roknya yang kotor. Dia berjalan pincang sembari menuntun sepeda sejajar dengan Ferdi. Mereka berjalan pelan-pelan saja.
Angin sepeda Ferdi sudah ditambah. Dia meminta Anik duduk di boncengan dan berpegangan padanya. Sebelum mengayuh pedal dia bertanya, "Rumahmu dimana, Nik?"
Anik menyebutkan alamat rumahnya dan spontan membuat Ferdi heran. "Berarti dekat rumah Pak Tatang? Aku juga mau ke sana menjemput adikku."
"Pak Tatang itu bapakku, Fer." ujar Anik.
Ferdi manggut-manggut. Dia pun mengayuh pedal namun tidak akan mengebut.
Sesampainya di warung Pak Tatang, Ferdi tidak melihat antrian panjang seperti tadi. Ada sebuah tulisan "MINYAK TANAH HABIS!" di atas drum minyak tanah. Jerigen di depan Andi masih kosong. Ferdi lemas. Sering sekali mereka kehabisan minyak tanah. Harganya naik dan susah didapat.
Anik turun dari sepeda lalu menuju ke warung menemui ayahnya yang sedang melayani pembeli.
Ferdi menghela nafas. Mereka lagi-lagi pulang dengan tangan kosong. Diajaknya Andi naik ke sepeda. Dia yang akan membonceng adiknya sampai ke rumah.
"Ferdi! Sini!" panggil Anik dari warung.
Ferdi memandang adiknya lalu turun dan meminta Andi memegang sepeda. Dengan penuh kebingungan dia berjalan ke warung.
"Bawa jeringennya ke sini. Bapak mau ngasih minyak buat kamu." Ujar Anik.
Ferdi tersenyum bahagia. Dia memanggil Andi dan menunjuk jerigen supaya dibawa serta. Ferdi senang bukan main karena mendapatkan minyak tanah dan juga tidak perlu membayar sepeser pun. Itu sebagai balas budi Pak Tatang padanya.
2. Puisi Anak
Guru Tercinta
Sapa hangat penuh
senyum semangat
Kau tebarkan ilmu yang bermanfaat
Demi anak didik kau berikan nasehat
jasa mulia goncangkan akhirat
Kau tebarkan ilmu yang bermanfaat
Demi anak didik kau berikan nasehat
jasa mulia goncangkan akhirat
Nyanyian mentari
terangi alam
Terangi mimpi bagai mentari
Masadepan bangsa telah kau perjuangkan
Korbankan waktu demi masa depan
Terangi mimpi bagai mentari
Masadepan bangsa telah kau perjuangkan
Korbankan waktu demi masa depan
Terimakasi aku ucapkan
Guru tercinta panutan alam
Jasa besarmu tak terlupakan
Ku kirimkan puisi untukmu pahlawan
Guru tercinta panutan alam
Jasa besarmu tak terlupakan
Ku kirimkan puisi untukmu pahlawan
Lingkungan
Pengarang:
Vivi
Lingkungan
Kau tempat kami berpijak
Tempat kami menghirup udara segar
Dan menanam segala tanaman
Kau tempat kami berpijak
Tempat kami menghirup udara segar
Dan menanam segala tanaman
Lingkungan
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus
Sampah yang punahkan bersihmu
Kotoran punahkan indahmu
Polusi hitamkan langitmu
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus
Sampah yang punahkan bersihmu
Kotoran punahkan indahmu
Polusi hitamkan langitmu
Akan
tetapi...
Tanaman pancarkan kesegaran
Bunga pancarkan wangimu
Bagai kau tak tua
Bagai udaramu tak terhitamkan
Tanaman pancarkan kesegaran
Bunga pancarkan wangimu
Bagai kau tak tua
Bagai udaramu tak terhitamkan
Inginku
mengubah semua
Menjadi seperti itu
Hijau, tentram
Udaramu terputih bagai tak bernoda
Menjadi seperti itu
Hijau, tentram
Udaramu terputih bagai tak bernoda
Sampahmu
hilang
Kotoran tak mengganggu indahmu
Agar bumi terbebas dari ancaman
Dari ancaman kematian dibumi
karena adanya global warming
Kotoran tak mengganggu indahmu
Agar bumi terbebas dari ancaman
Dari ancaman kematian dibumi
karena adanya global warming
Air
Mata Sahabat
Pengarang: Ratrya Khansa Amira
Di tepi kesedihan menyebar
Isak tangis mewarnai keadaan
Ucapan bela sungkawa menghadiri
Perpisahan terakhir untukmu...
Isak tangis mewarnai keadaan
Ucapan bela sungkawa menghadiri
Perpisahan terakhir untukmu...
Untukmu, kuteteskan air mata ini
Awal dari perpisahan kita
Kau meninggalkan kami
Tanpa mengucap sepatah katapun
Awal dari perpisahan kita
Kau meninggalkan kami
Tanpa mengucap sepatah katapun
Kau diam seribu bahasa
Kami bertanya, tak ada sahutan
Hanya terlihat dirimu berwajah pucat
Darahmu mengalir sedikit demi sedikit
Kami bertanya, tak ada sahutan
Hanya terlihat dirimu berwajah pucat
Darahmu mengalir sedikit demi sedikit
Akhirnya kau kehabisan darah
Dirimu t`lah tak berdaya lagi
Tak ada keceriaan di wajahmu
Hati nuranimu t`lah meninggalkan dunia
Dirimu t`lah tak berdaya lagi
Tak ada keceriaan di wajahmu
Hati nuranimu t`lah meninggalkan dunia
Semangatmu yang membara t`lah tiada
Kecantikanmu yang memukau kini hilang
Senyummu kini t`lah lenyap
Seketika kau tak bergerak di dunia ini
Kecantikanmu yang memukau kini hilang
Senyummu kini t`lah lenyap
Seketika kau tak bergerak di dunia ini
Oh, sahabat...
Mengapa kau meninggalkan dunia
Dunia masih mencintaimu
Tapi Tuhan t`lah memanggilmu
Semoga kau bahagia disana..
Itulah tempat peristirahatan terakhirmu..
Tuhan, berikanlah dia tempat terindah
Agar kami dapat bernapas lega
Mengapa kau meninggalkan dunia
Dunia masih mencintaimu
Tapi Tuhan t`lah memanggilmu
Semoga kau bahagia disana..
Itulah tempat peristirahatan terakhirmu..
Tuhan, berikanlah dia tempat terindah
Agar kami dapat bernapas lega
Aku sedih bukan mainnya
Tanpamu,hidup tak berarti
Namun, kau s`lalu di hatiku
Selamat jalan,sahabat...untuk selamanya.
Tanpamu,hidup tak berarti
Namun, kau s`lalu di hatiku
Selamat jalan,sahabat...untuk selamanya.
3.
Drama Anak
Nasehat
Seorang Sahabat
Penokohan:
Irma : baik dan suka menasehati
Sandi : baik dan peduli dengan teman
Yoga : kurang giat dalam belajar
Nirmala
: baik (ibu Yoga)
Ilham :
suka bermain berlebihan
Siang itu sepulangnya Irma dari sekolah dia kemudian mengajak Sandi untuk
berkunjung kerumah Yoga. Yoga tidak masuk sekolah, namun tidak ada surat izin
sakit.
Dialog
Drama
Irma:
Sandi, kita main kerumah Yoga yuuk!
Sandi:
Emang kamu mau ngapai kerumahnya si Yoga?
Irma:
Kan tadi dia tidak masuk sekolah, dan dia juga nggak ada ngasih surat izin
sama bu guru. Jadi, aku mau tahu dia tuh kenapa kok nggak masuk sekolah.
Sandi:
Oh gitu.. ya sudah, ayukk.
Irma dan Sandi lantas bergegas kerumahnya Yoga untuk mencari tahu apakah
temannya tersebut sakit atau kenapa.
Assalamu'alaikum... (suara Irma),, Wa'alikum Salam (Yoga menjawab salam
Irma). Yoga kemudian menyuruh Irma dan Sandi untuk masuk rumah.
Yoga:
Eh.. kalian.. ada apa? kok tumben kamu kerumahku?
Irma:
Oya Ga, kenapa kamu tadi tidak masuk sekolah? kamu juga nggak buat surat
izin, itu kan bolos namanya?!
Sandi:
Iya, Ga.. emang kamu kemana? aku pikir kamu lagi sakit, tapi ini aku lihat
kamu juga baik-baik aja.
Yoga:
Oh.. maaf, aku emang nggak sakit kok. Aku tu tadi bangunnya molor, masak
aku mau pergi sekolah orang bangunku aja sudah jam 9-an.
Irma:
Emang kamu abis darimana kok sampai molor?
Yoga:
Semalem aku abis main dari tumah temenku. Saking asyiknya sama mereka, aku
lupa kalau udah jam 4 pagi. Abis itu aku pulang, dan jam 5 aku langsung tidur.
Sandi:
Kamu main ampe jam segitu?! Gila kamu, Ga. Harusnya kamu tu kan mikir kalau
paginya kamu harus masuk sekolah. Gimana kamu nggak molor kalau tidurnya aja
jam 5.
Irma:
Yoga, kamu lain kali nggak boleh kayak anak kecil. Ingat, kamu harus fokus
sama pelajaran. Main sih boleh aja, tapi kamu kan harus tidur tepat waktu
supaya nggak bangun kesiangan.
Tidak lama kemudian, Ilham (teman Yoga) datang. Assalamu'alaikum (suara
Ilham tedengar didepan pintu).
Yoga:
Eh, kamu Ham,, ada apa?
Ilham:
Eh.. aku mau ngajak kamu main nih. Kamu nggak lagi ada acara kan?
Yoga:
Nggak ada, emang mau kemana sih?
Belum sempat Ilham menjawab, Irma pun lantas menyaut dan menasehati si
Ilham supaya tidak suka mengajak Yoga main samapai larut.
Irma:
Ilham, kamu temannya Yoga, kan?
Ilham:
Ya iyalah, emang kenapa?
Irma:
Nah, kalau kamu tuh temannya Yoga yang baik, kamu mestinya punya rasa peduli sama dia. Lain kali kalau main itu jangan sampai pagi. Kalau kalian mainnya sampai pagi, alhasil keesokan harinya nggak masuk sekolah karena bangunya telat.
Nah, kalau kamu tuh temannya Yoga yang baik, kamu mestinya punya rasa peduli sama dia. Lain kali kalau main itu jangan sampai pagi. Kalau kalian mainnya sampai pagi, alhasil keesokan harinya nggak masuk sekolah karena bangunya telat.
Ilham:
Bener juga sih kata kamu, tapi masalahnya kalau lagi main gitu kita nggak
ingat waktu lagi, udah kebawa suasana.
Sandi:
Kebawa suasana sih boleh, tapi kan harus ada batasannya. Ingat, belajar itu penting untuk masa depan kamu kelak.
Kebawa suasana sih boleh, tapi kan harus ada batasannya. Ingat, belajar itu penting untuk masa depan kamu kelak.
Ilham hanya bisa berdiam diri dan kemudian menganggukkan kepalanya.
"Benar juga apa yang mereka bilang ini, gimana aku mau lulus dengan nilai
bagus kalau belajar aja nggak konsisten" (bisik Ilham dalam hati).
Ilham:
Ok deh, makasih atas saran kalian. Setelah ini aku akan mencoba lebih care
lagi dengan waktu belajarku.
Setelah hampir 15 menit ngobrol, kemudian mamanya Yoga datang (Nirmala).
Nirmala merasa senang, karena teman-teman anaknya pada datang kerumah Yoga yang
biasanya sepi.
Nirmala:
Eh.. kok pada ngumpul semua disini? tumben anak-anak.. tante senang deh
kalau lihat rumah tante rame kayak gini.
Yoga:
Oh.. ini ma, Irma sama Sandi risau soalnya aku tadi nggak masuk kelas.
Irma/Sandi:
Iya tante, aku cuman mau mastiin kalau Yoga nggak kenapa-kenapa.
Nirmala:
Tadi pagi tante itu sudah bangunin dia, tapi dianya kelihatan capek banget.
Ya tante jadinya nggak tega. Tapi, lain kali kalau dia main lagi sampai pagi,
tante akan kasih dia hukuman, karena kalau dibiarin terus-terusan entar
sekolahnya jadi nggak karuan.
Sandi:
Iya, bener itu tante.
Iya, bener itu tante.
Irma/Sandi:
Iya tante, aku cuman mau mastiin kalau Yoga nggak kenapa-kenapa.
Nirmala:
Tadi pagi tante itu sudah bangunin dia, tapi dianya kelihatan capek banget.
Ya tante jadinya nggak tega. Tapi, lain kali kalau dia main lagi sampai pagi,
tante akan kasih dia hukuman, karena kalau dibiarin terus-terusan entar
sekolahnya jadi nggak karuan.
Sandi:
Iya, bener itu tante.
Iya, bener itu tante.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar